04 Januari 2011

MEMBENTUK KONSEP DIRI PADA ANAK

Kita sering melihat dan membaca istilah “harga diri”. Tingkah laku yang suka mengganggu di kalangan anak-anak, bahkan tingkah laku karena gangguan emosi yang terdapat di kalangan orang dewasa, menurut para ahli, berakar dari kurangnya rasa harga diri. Tetapi apakah sebenarnya harga diri itu ? Apakah yang dapat dicapai oleh harga diri itu ? Dan dari manakah
asal mulanya perasaan-perasaan itu, terutama perasaan yang terdapat pada anak-anak ?
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rasa harga diri itu merupakan pikiran dan keyakinan yang ada di dalam batin seseorang. Pikiran dan keyakinan itu mengatakan kepada Anda bahwa Anda adalah seorang yang berharga, dan bahwa Anda cukup mempunyai kemampuan dan cukup disukai. Jika Anda memilih untuk mempercayai pendapat semacam ini tentang diri Anda, Anda kemudian mengharapkan agar orang lain juga mempunyai pandangan yang sama terhadap
diri Anda dan menyukai Anda. Dan karena Anda yakin bahwa Anda cukup berarti atau berharga, cukup mampu, dan cukup disukai, maka Anda akan cenderung untuk bersikap terbuka, ramah, optimis, rajin, rapi, dan berani.
Sebaliknya, jika Anda atau anak Anda kurang mempunyai rasa harga diri, lalu merasa diri tidak mampu, tidak disukai, atau merasa diri tidak berharga atau tidak layak, Anda cenderung untuk berharap bahwa segala usaha Anda akan gagal. Anda menyangka bahwa orang-orang lain akan menolak dan meninggalkan Anda, dan memandang kehidupan Anda sebagai suatu kegagalan.
Akibatnya, energi Anda akan dipusatkan untuk menjaga agar orang lain tidak mengetahui bagaimana Anda itu sebenarnya.
Karena Anda menantikan penolakan dan kecaman, Anda cenderung untuk bersikap memusuhi, tertutup, dan tidak ramah. Karena menyangka akan gagal, maka Anda cenderung untuk menjadi malas, membatasi diri dan menyimpang atau melantur ke mana-mana. Dan karena Anda merasa diri tidak berharga, Anda akan mengabaikan kesehatan dan penampilan
Anda. Atau Anda akan memakai waktu berjam-jam untuk mengatur agar penampilan Anda secara lahiriah terlihat cantik untuk mengelabui setiap orang agar semua percaya bahwa Anda mempunyai kepribadian yang baik.
Jika Anda mengerti hubungan sebab-akibat ini, tidak akan sukar bagi Anda untuk dapat melihat apakah respons Anda terhadap anak Anda itu merupakan sumber utama dari perasaan harga dirinya. Dan bahwa harga diri itu pada dasarnya dibentuk melalui pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pola-pola pemikiran yang berawal di situ akan sangat sukar untuk diubah lagi dikemudian hari.
Harga diri dibangun atas tiga unsur yang fundamental :
1. Rasa aman karena merasa dimiliki.
Hal ini timbul karena ia merasa menduduki posisi yang berarti dan kuat di dalam keluarga.
2. Rasa puas karena ia merasa berhasil.
Setiap anak perlu mendapat suatu kesempatan untuk merasa berhasil dalam melakukan sesuatu, dalam bidang apa saja.
3. Sukacita karena merasa dihargai.
Seorang anak akan senantiasa merasa bersukacita jika ia menyadari bahwa ia berharga dan hal itu dapat dicapai jika ia senantiasa dipelihara denganucapan-ucapan pujian yang tulus dan yang diberikan secara konsisten.
Nah, berikut ini terdapat beberapa macam respon orangtua yang dapat membangkitkan perasaan harga diri yang sehat dan positif di dalam diri anak Anda. Bandingkanlah hal-hal di bawah ini dengan pendekatan yang Anda lakukan sekarang.
1. Pertama-tama periksalah apa yang menjadi sumber harga diri Anda sendiri.
Para orangtua perlu mempunyai gambaran yang positif tentang pribadinya sendiri agar dapat membangun hal yang serupa di dalam diri anak-anak mereka.
2. Berilah anak Anda yang masih kecil berbagai kesempatan agar ia dapatmengembangkan kemampuan dan kepercayaannya akan dirinya sendiri. Sisihkanlah uang untuk membeli mainan, sarana untuk dapat bermain bersama, dan alat-alat yang memungkinkan anak itu untuk berkreasi dan untuk dapat dengan berhasil menguasai dirinya sendiri atau lingkungannya.
3. Berilah kesempatan kepada anak Anda untuk memilih bidangnya sendiri supaya ia dapat berkreasi dan berhasil dalam bidang itu. Janganlah mencoba memaksakan pada anak Anda ambisi-ambisi yang ada pada Anda ketika Anda masih muda, atau memaksa dia untuk mencapai apa yang tidak berhasil Anda capai dalam bidang olahraga, bidang pendidikan tinggi, atau dalam bidang kesenian.
4. Dengan penuh perhatian dengarkanlah apa yang dikatakan atau diceritakan oleh anak Anda. Hal demikian akan menanamkan di dalam dirinya bahwa ia adalah seorang pribadi yang menarik.
5. Tanyakan pendapat anak Anda tentang apa yang harus dilakukan dalammenghadapi masalah di dalam berbagai-bagai bidang. Hal demikian dapatmembuat anak itu sadar bahwa ia juga dapat membuat penilaian yang baik dan benar.
6. Jika Anda mengajukan pertanyaan (dan sama sekali tidak mengejek) tentang rencana-rencana anak Anda, Anda akan menolong anak itu mengetahui bahwa ia dapat bersifat luwes dan dapat menilai kembali rencananya apabila ada informasi baru yang diberikan kepadanya.
7. Pandanglah setiap anak sebagai satu individu. Jangan sekali-kali Andamembandingkan salah seorang anak Anda dengan anak yang lainnya. Cobalah untuk menonjolkan kebaikan yang khas yang ada pada setiap diri anak Anda dan perhatikanlah juga kelemahannya.
8. Diskusikan tentang anak Anda terutama tentang masalah-masalahnya hanya apabila anak itu tidak hadir.
9. Waspadalah terhadap julukan atau nama panggilan yang diberikan pada anakAnda, terutama julukan yang Anda sendiri berikan. Jagalah diri Anda agar Anda tidak memanggilnya dengan nama-nama yang bersifat menghina, atau dengan sebutan yang nampaknya tulus dan jujur tapi di balik itu ada arti yang menghina seperti “si Gembul” karena mungkin hal itu dapat menimbulkan kesan yang tidak disukainya. Ciptakan nama-nama yang positif seperti “Kapten” atau “Putri Kecil”.
10. Jika anak itu bersikap manis, tidak mementingkan diri sendiri, rapi, suka menolong, berdisiplin, kreatif, cekatan, rajin, atau sikap lainnya yang patut dipuji, nyatakanlah pujian Anda itu! Dengan demikian anak Anda akan mengetahui bahwa ia dapat berhasil dalam hal-hal itu. Pujian yang tulus tidak akan merugikan seseorang!
11. Tunjukkan dan berilah tepukan tangan terhadap berbagai kemajuan yangberhasil dicapai oleh anak Anda, betapa pun kecilnya kemajuan itu. Dengan demikian ia akan belajar untuk bersikap optimis.
12. Janganlah melontarkan kecaman yang bersifat mempersalahkan dan mempermalukan atau mengejek. Hal demikian itu mengajarkan kepada anak itu bahwa mereka pada dasarnya tidak beres.
13. Janganlah selalu membuat keputusan untuk anak Anda. Jika Anda berlaku demikian, maka anak itu akan menarik kesimpulan bahwa penilaiannya selalu tidak baik.
14. Janganlah menonjol-nonjolkan kesalahan dan ketidaksempurnaan anak itu, walaupun memang banyak. Hal ini hanya akan menyebabkan anak itu kehilangan kepercayaan akan dirinya sendiri dan akan merasa tidak yakin akan kemampuannya.
Segera anak itu tidak lagi menyukai dirinya sendiri, dan juga tidak berharap bahwa orang lain akan menyukai mereka.
Anak-anak yang demikian akan cenderung mengatakan, “Karena bukanlah Ayah dan Ibu itu lebih besar, lebih kuat, dan lebih pandai daripada saya, jadi pasti keputusan dan penilaian mereka itu benar. Pasti ada yang tidak beres pada diri saya!”
Cara pendekatan yang sebaliknya jelas akan menghancurkan rasa harga diri anak itu. Jika kita mengikuti kecenderungan kita untuk bersikap negatif dan mengutuk atau bersikap mempersalahkan, maka hal itu merupakan cara yang paling efektif untuk merusak harga diri seorang anak.
Jika anak Anda menilai dirinya sendiri berdasarkan cara penilaian diri yang dikemukakan di atas, bagaimana kira-kira kesimpulan anak Anda tentang dirinya sendiri? Kesimpulan yang diambil oleh anak Anda amatlah penting. Dan hanya Anda saja yang dapat memberikan hadiah yang sangat istimewa itu, yaitu hadiah dalam bentuk harga diri yang sejati.
Bahan diedit dari sumber :
Judul Buku : 40 Cara Mengarahkan Anak
Pengarang : Paul Lewis
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1997
Halaman : 99-103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar