BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di dalam pembelajaran banyak sekali metode-metode mengajar sebagai panduan bagi guru untuk menyampaikan materi bahasan dikelas kepada siswanya. Metode tersebut diantaranya ; pembelajaran cooperative learning yang didalamnya terdapat berbagai macam-macam metode yang diantaranya metode STAD, metode Jigsaw, dll. Metode-metode tersebut dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan serta aktivitas siswamenyerap materi.
Untuk mengetahui kemampuan serta semangat belajar siswa, penulis akan berusaha mencoba merangsang siswa dengan metode diskusi agar siswa dapat saling bertukar pikiran diantara temannya atau saling memberikan solusi dari permasalahan yang dibahasnya. Kaalu hal tersebut sering dilakukan didalam kelas, maka siswa akan terbiasa melakukan diskusi dan bertanya kepada guru atau teman sekelas bila menemukan kesulitan-kesulitan materi yang disampaikan, sehingga susana kelas lebih hidup dan aktivitas siswa lebih meningkat.
Tindakan-tindakan nyata oleh guru dalam meningkatkan kualitas mengajar serta menganalisis kelemahannya, kemudian hasil tindakan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan, maka guru tersebut sudah melakukan penelitian yang dinamakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat (Wardhani, 2004). Dari berbagai sumber penelitian, bahwa dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi dan membiasakan siswanya bertanya dalam kelas, maka dapat meningkatkan kualitas kemajuan siswa dalam menyerap mata pelajaran.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa selama siswa belajar di dalam kelas yang selanjutnya dilakukan penelitian dan analisis untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar mengajar tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengambil judul:
“Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya” (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6 dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
2. Bagaimana kebiasaan berdiskusi dan bertanya siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
3. Efektifitas penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi dan bertanyar pada siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Penelitian Kelas ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Learning pada siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut.
2. Untuk mengetahui kebiasaan berdiskusi dan bertanya pada siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut.
3. Untuk mengetahui efektifitas penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning untuk menumbuhkan kebiasaan dalam berdiskusi dan bertanya belajar pada siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut
1.4. Manfaat Penelitian
a. Secara Praktis
1. Bagi Siswa
Diharapkan siswa lebih aktif berdiskusi dalam belajar melalui Penerapan Metode Cooperative Learning (Belajar berkelompok) sehingga siswa merasa termotivasi untuk merumuskan, menelaah dan menjawab setiap permasalahan yang terdapat dalam materi pelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru
1). Dapat memberikan informasi tentang keberhasilan siswa kelas V dalam belajar melalui Penerapan Metode Cooperative Learning
2).Sebagai referensi untuk mencoba strategi pembelajaran dengan tipe pembelajaran yang lain.
3). Memberikan sumbangan dalam rangkaian perbaikan mengajar sehingga dapat
meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam mengajar.
3. Bagi Sekolah
1). Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui strategi-strategi pembelajaran.
2). Memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas terhadap mata
pelajaran yang dipegang guna meningkatkan hasil belajar siswanya.
b. Manfaat Teoritis
Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman menulis, membaca dan berbahasa khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, serta mempermudah pemahaman siswa terhdap materi pelajaran yang diterima di dalam kelas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Cooperatif Learning (Belajar Sistem Kelompok)
2.1.1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil .Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan seluruh siswa.
2.1.2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Lundgren (Pupuh Faturohman, 2007:2) Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Uzer Usman, (2004: 23) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
2.1.3. Model Cooperative Learning
Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative learning :
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5) Pembahasan kuis
6) Kesimpulan
b. Jigsaw (model tim ahli)
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang
2) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4) Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Pembahasan
7) Penutup
c. Group Investivigation Go a Round
Langkah-langkah:
1) Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa
2) Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3) Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
d. Think Pair And Share
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan
e. Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6) Kesimpulan.
2.2. Fungsi Diskusi dalam Pembelajaran
Perkembangan intelektual manusia khususnya anak didik secara utuh diraih melalui proses pendidikan formal maupun non formal, yang dapat menghantarkan terhadap-pola pikir dalam tingkah laku yang ilmiah, terampil dan mempunyai sikap sosial yang tinggi dalam kerja berkelompok. Strategi pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya melalui kegiatan percobaan (praktikum), studi banding, dan diskusi agar anak didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari.
Metode diskusi adalah metode yang sangat efektif dalam sebuah kegiatan belajar mengajar, karena dalam situasi tersebut siswa dapat saling melempar pertanyaan dan solusi diantara teman-temannya. Di samping itu mereka dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, juga siswa dalam lebih aktif dalam bertanya kepada sesama temannya atau kepada guru itu sendiri, sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha merekam materi diskusi secermat mungkin dan juga selalu konsentrasi terhdap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan diskusinya, sehingga secara perlahan tapi pasti konsentrasi belajar anak lebih meningkat.
Dalam penggunaan metode diskusi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(1). Masalah yang dibahas berkenaan dengan materi yang disampaikan atau dibahas saat itu dalam kelas yang mengandung pro dan kontra.
(2). Siswa diarahkan menganalisa bagian yang menjadi ”masalah” dan ”isu” yang disampaikan oleh guru sebelum diskusi berlangsung.
(3). Masalah dipecahkan melalui pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki siswa dengan menerapkan metode ilmiah (logis).
(4) Guru hanya berperan sebagai pengarah agar permasalahan tidak
menyimpang
(5) Rekomendasi pemecahan harus berpijak pada nilai-nilai yang ada.
2.2.1. Fungsi Pertanyaan dalam Diskusi
Bertanya merupakan ungkapan verbal yang meminta tanggapan dari seseorang yang dikenai pertanyaan. Tanggapan yang diberikan dapat berupa fakta, data, pengetahuan, sampai kepada hal - hal yang merupakan hasil analisa atau evaluasi. Jadi bertanya merupakan rangsangan efektif yang dapat mendorong seseorang untuk berfikir.
Selain untuk merangsang siswa berfikir, pertanyaan yang dilontarkan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi :
a) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu, masalah yang belum dipahami.
b) Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang disampaikan dalam pembelajaran.
c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d) Menuntun siswa untuk menetapkan sendiri konsep-konsep yang diajarkan
e) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap relevan.
f) Mendorong siswa mengemukakan pandangan dalam diskusi
g) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
h) Memperoleh umpan balik tentang materi yang diajarkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep-konsep yang diajarkan.
i) Menguji dan mengukur hasil belajar siswa
Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat kepada siswa, suasana kelas akan hidup karena siswa dapat berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran. Bila guru mengajukan pertanyaan maka siswa akan aktif berpikir dalam mencari jawaban dari pertanyaan guru tersebut.
2.2.2. Jenis-jenis Pertanyaan
Jenis-jenis pertanyaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (1) jenis pertanyaan menurut tingkat kognitif siswa, (2) jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran, dan (3) jenis pertanyaan menurut maksudnya.
(1) Jenis Pertanyaan menurut jenjang kognitif siswa
Berdasarkan Taksonomi Bloom, pertanyaan dapat digolongkan menjadi enam macam sesuai dengan jenjang kognitif yang diharapkan dari jawaban pertanyaan tersebut, yaitu :
a. Pertanyaan ingatan atau pengetahuan, merupakan pertanyaan yang menghendaki siswa mengenal atau mengingat informasi yang pernah mereka pelajari.
b. Pertanyaan pemahaman, merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa yang sedang belajar mempunyai pemahaman yang cukup tentang konsep-konsep yang diajarkan sehingga mereka dapat mengolah atau mengorganisasikan secara mental.
c. Pertanyaan penerapan, merupakan pertanyaan yang menghendaki siswa agar dapat menggunakan atu prinsip untuk memberikan jawaban suatu permasalahan.
d. Pertanyaan analisis, merupakan pertanyaan yang memiliki jenjang lebih tinggi yang menghendaki siswa berfikir kritis dan mendalam.
e. Pertanyaan sintesis, pertanyaan yang menghendaki siswa dapat menampilkan pemikiran yang asli dan kreatif.
f. Pertanyaan evaluasi, pertanyaan yang menghendaki siswa untuk menilai manfaat dari suatu gagasan atau pemecahan suatu masalah.
(2). Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan
a. Pertanyaan sempit, merupakan jenis pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tertutup dan biasanya kunci jawaban telah tersedia.
b. Pertanyaan luas, merupakan jenis pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari jawaban sesuai dengan cara dan gaya masing-masing dan pertanyaan yang meminta siswa mengadakan evaluasi kognitif atau sikap, meminta siswa menjelaskan kriteria yang digunakan dalam melakukan evaluasi.
c. Pertanyaan serbaneka, merupakan jenis pertanyaan yang tidak berhubungan langsung dengan tofik persoalan yang dibahas.
(3). Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a. Pertanyaan permintaan, merupakan jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa mematuhi perintah yangt diucapkan penanya.
b. Pertanyaan retorik, merupakan jenis pertanyaan yang menyajikan suatu informasi.
c. Pertanyaan mengarah, merupakan jenis pertanyaan yang menguji pemahaman seorang siswa dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada siswa.
d. Pertanyaan mengarah kembali, merupakan jenis pertanyaan yang merupakan tahapan tahapan lanjut dari pertanyaan pengarah di mana pertanyaan ditujukan ke siswa lain bilamana siswa yang satu tidak dapat menjawab pertanyaan.
e. Pertanyaan penggali, merupakan jenis pertanyaan yang bertujuan untuk membimbing siswa menemukan jawaban yang lebih berbobot.
f. Pertanyaan tuntunan, merupakan jenis pertanyaan yang ditujukan untuk menggali kembali bilamana jawaban siswa belum maksimal atau belum menghasilkan jawaban yang sempurna.
2.3. Motivasi Belajar
2.3.1. Peran Motivasi dalam Pembelajaran
Motivasi belajar merupakan unsur yang paling penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidak adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Tentu saja kondisi yang berbeda ini akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.
Salah satu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai.
Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang. Begitu pula perilaku seseorang dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan motivasi untuk belajar. Menurut Sardiman (2009), motivasi belajar ada dua yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku tersebut. Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan anggota masyarakat yang lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
Menurut Sardiman (2009:89), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilanmencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.
Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati & Mudjiono (1994:89) yaitu:
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa di kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan bimbingan tindak pembelajaran bagi guru. Dalam upaya pembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk bahan yang diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Belajar menjadi bermakna jika siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.
2.Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahanmasalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu oleh karena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :
1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
3. Meminta kesempatan pada orang tua atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar.
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar. (4) Guru mengajarkancara memecahkan kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.
2.3.2. Peran Guru dalam Memotivasi Siswa
Dalam usaha membantu siswa menggali seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru. Guru diharapkan mampu memotivasi siswa dalam mengarahkan perilaku serta pola pikir yang baik dan sesuai dengan tatanan kehidupan dalam masyarakat sekitarnya. Guru juga diharapkan dapat memotivasi siswa dan mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatiukan motif pribadi siswa. Ketika guru melihat siswa yang bosan, guru harus melakukan pembelajaran yang lebih bervariasi yang dapat memberikan tantangan baru kepada siswa. Tugas guru dalam hal ini harus bersikap profesional dan proporsional menggunakan segala pengetahuan, kepribadian serta keterampilan profesional untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa. Melalui kegiatan pembelajaran, guru dapat membantu siswa mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis, dan rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
2.3.3. Peran Guru dalam kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning
Walaupun pada hakikatnya guru adalah sebagai fasilitator, tetapi suatu saat guru dituntut menjadi manusia sumber. Sebagai manusia sumber guru dituntut untuk memilki informasi yang dbutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai manusia sumber masih menjadi fasilitator utama untuk mengarahkan, memberi penjelasan dan memotivasi agar siswa dapat menyelesaikan permasalahannya melalui diskusi dalam kelompoknya.
Selain itu guru harus mampu menyampaikan informasi dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar dan metode pengajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap perhatian siswa di dalam kelas. Karena perhatian siswa akan kabur apabila materi pelejaran yang disampaikan dengan cara yang menoton dan membosankan siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Seting Penelitian
a. Seting atau tempat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Caringin 6 Karangtengah.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek pada tindakan ini adalah siswa kelas V (lima)
c. Jumlah Siswa
Dalam penelitian ini jumlah siswa yang dijadikan objek penelitian ini sebanyak 18 siswa, dengan komposisi 10 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa. perempuan
d. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini indikator keberhasilannya adalah :
1. Siswa
a. Tes : Rata-rata nilai ulangan harian
b. Observasi : Keaktifan siswa dalam kelompok ketika mengikuti
proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia
2. Guru
a. Dokumentasi : Kehadiran siswa, aktivitas siswa
b. Observasi : Hasil pengamatan
3.2. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Tes : Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
2. Observasi : digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses berlajar mengajar dan implementasi Penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
3. Wawancara : untuk mendapatkan data secara verbal tentang tingkat keberhasilan penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
4. Diskusi antara guru (teman sejawat) untuk repleksi hasil penelitian
3.3. Tekhnik Analisis Data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriftif dengan menggunakan tekhnik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil belajar : Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian Pra siklus
Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian siklus 1
Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian siklus 2
2. Aktivitas siswa menganalisis kegiatan siswa pada proses pembelajaran penerapan kebiasaan bertanya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
3. Implementasi bertanya dengan menganalisis tingkat keberhasilan pembelajaran dengan penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi dan Bertanya (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
3.4. Metode dan Hipotesis Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriftif analitis. Melalaui penelitian ini, peneliti berusaha memahami dan menafsirkan suatu peristiwa menurut perspektif dan hasil pengamatan, sehingga penulis mendapat gambaran secara menyeluruh mengenai masalah yang diteliti dengan hipotesis ” Semakin baik penerapan Metode Cooperative Learning Maka akan semakin tumbuh Kebiasaan Siswa untuk Berdiskusi dan Bertanya”
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1. Pentingnya Cooperative Learning
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan belajar tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada waktu digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa sering beranggapan bahwa belajar telah selesai setelah mereka menguasai sejumlah fakta.
Bagaimanapun juga mereka lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tingi selama dan setelah diskusi dalam kooperatif daripada apabila mereka bekerja secara competitive atau individual. Jadi, materi yang dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa di dalam setting kelas, remaja belajar lebih banyak dari satu teman ke teman yang lain diantara siswa daripada guru. Konsekuensinya, pengembangan komunikasi yang efektif seharusnya tidak ditinggalkan demi kesempatan belajar itu. Metode
pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif
terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Tiga tujuan pembelajaran kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
1. Hasil akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini , siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting Ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan cooperative learning dapat meningkatkan pemahaman dan penganalisaan anak serta terhadap suatu permasalahan yang diamatinya . Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.
4.2. Pelaksanaan Cooperative Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
4.2.1. Pelaksanaan Cooperative Learning
Tahap pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning
Fase 1 Tingkah laku Guru
Menyampaikan Tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Fase 2 Tingkah laku Guru
Menyajikan Informasi Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Fase 3 Tingkah laku Guru
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompokagar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Tingkah laku Guru
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Tingkah laku Guru
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Tingkah laku Guru
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk mneghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Sukarmin (2002: 5) Untuk kelancaran cooperative learning sebelum melakukan tahapan-tahapan tersebut perlu dilakukan persiapan sebagai berikut:
1. Persiapan materi
Materi yang akan disajikan dalam cooperative learning dirancang sedemikian hingga sesuai dengan bentuk pembelajaran yang diselenggarakan secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran terlebih dahulu dibuat lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.
2. Pembentukan kelompok kooperatif
Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang. Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik, yaitu terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain mempertimbangkan kemampuan akademik, perlu juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.
3. Penentuan skor dasar
Selanjutnya diinformasikan skor dasar tiap anggota. Skor dasar berasal dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya. Cooperative learning menawarkan Model evaluasi yang berbeda dimana terdapat nilai individu dan nilai kelompok. Meskipun siswa bekerja bersama, siswa secara perorangan bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. Pemberian nilai kelompok hendaknya tidak dilakukan sampai siswa merasa enak dengan pembelajaran kooperatif. Diakhir cooperative learning dilakukan evaluasi dan penghargaan kelompok. Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu 45 menit sampai 60 menit. Pada saat evaluasi ini siswa harus menunjukkan apa yang telah ia pelajari saat bekerja dengan kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan bentuk penghargaan kelompok menurut (Sukarmin, 2002:5) adalah sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok
Penghitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih pemerolehan skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya.
Tabel 1
Nilai Perkembangan Individu
Skor tes Nilai perkembangan
- Tidak melakukan apa-apa
- Memberikan ide dan merumuskan masalah
- Berani berbicara walaupun kurang mengarah
- Mengemukakan pendapat cukup mengarah/ menjawab
Pertanyaan yang cukup mengarah
- Berpendapat dengan benar /menjawab pertanyaan
yang mengarah
- Mempertahankan pendapat yang dianggap
benar/ menjawab pertanyaan dengan sempurna 0
5
10
15-20
25-30
50
2) Memberi penghargaan prestasi kelompok
Skor dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang disumbangkan anggota kelompok. Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh, terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok.
Tabel 2
Penghargaan Kelompok
Nilai rata-rata kelompok Penghargaan
20 - 25
25 - 50
50 - 100 Cukup Hebat
Hebat
Super Hebat
4.2.2. Penerapan Cooperative Learning pada Bahasa Indonesia
1. Seting
Hari/tanggal : Rabu 25 dan 30 Agustus 2010
Tempat pelaksanaan : SDN Caringin 6 Karangtengah
Kelas : V (Lima)
Jumlah Siswa : 18 orang
Perencanaan : Perumusan RPP 1
Pelaksanaan : Pelaksanaan RPP1
a. Kegiatan awal : Apersepsi
b. Kegiatan Inti :
2. Perencanaan
1) Menelaah kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi enerapan metode cooperative learning dalam menumbuhkan kebiasaan berdiskusi yang akan dibahas.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi penerapan metode cooperative learning dalam menumbuhkan kebiasaan berdiskusi.
3) Menyiapkan materi yang akan dibahas
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam pembelajaran (lembar observasi, panduan diskusi dan panduan wawancara)
5) Membuat instrumen untuk evaluasi hasil belajar siswa
3. Pelaksanaan :
1) Membagi siswa secara acak dalam beberapa kelompok diskusi
2) Menyampaikan materi yang akan dujelaskan dengan menggunakan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
3) Membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi kelompok
4) Memantau kegiatan siswa selama mengerjakan tugas kelompok berdiskusi.
5) Siswa mempresentasikan di depan kelas, kemudian kelompok lain sebagai peserta diskusi menanggapi seputar materi yang diprtesentasikan.
6) Guru mengarahkan pertanyaan maupun jawaban yang dilontarkan siswa
7) Membimbing serta mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
8) Memberikan tes hasil diskusi siswa pada akhir siklus 1
4.3. Pengamatan Siklus 1
Yang dijadikan sebagai bahan pengamatan adalah kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 3
Data Nilai Pribadi Hasil Diskusi
Pra Siklus dan Siklus 1
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Ahmad Fauzi 15 15
Wulan Permatasari 10 10
Iin Indriani 5 10
Reni Ratnasari 0 5
Ahmad Ubaidilah 0 5
Saeful Rojak 5 10
Rizki Fauzi 0 5
Siti Maryam 0 0
Suhartini 5 10
Nurdin 0 5
Dede Solahudin 5 10
Abdul Kodir 5 10
Siska Sri Indriani 5 10
Susilawati 0 0
Kirwan 0 0
Sahara 0 0
Dede Andri 5 10
Rina Faridah 15 20
Jumlah 75 135
Nilai Rata-rata 4,2 7,5
4.2.1. Analisis Data Hasil Pengamatan Siklus 1
Tabel 4
Data Perolehan Nilai Pra Siklus dan Siklus 1
Skor Pra Sklus Skor Siklus 1
Nilai Jumlah
Siswa
N x f
%
Nilai Jumlah
Siswa
N x f
%
0 8 0 0 0 4 0 0
5 7 35 19,4 5 4 20 11,11
10 1 10 5,56 10 8 80 44,44
15 2 30 16,67 15 1 15 8,33
20 1 20 11,11
Jumlah 18 75 42 Jumlah 18 135 75
Tabel 5
Lembar Pengamatan (observasi)
Pra Siklus dan Siklus 1
No
Yang di observasi Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Banyak siswa Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa 18 18
2 Hanya diam 8 4
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4
4 Bertanya kurang mengarah 1 8
5 Bertanya cukup mengarah 2 1
6 Bertanya dengan tepat 0 1
7 Mempertahankan pendapat /Menjawab pertanyaan 0 0
Tabel 6
Data Nilai Tes Formatif Pra Siklus dan Siklus 1
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Ahmad Fauzi 75 80
Wulan Permatasari 70 70
Iin Indriani 65 70
Reni Ratnasari 50 55
Ahmad Ubaidilah 50 60
Saeful Rojak 50 60
Rizki Fauzi 50 60
Siti Maryam 50 60
Suhartini 65 75
Nurdin 50 55
Dede Solahudin 60 70
Abdul Kodir 60 65
Siska Sri Indriani 60 65
Susilawati 50 50
Kirwan 40 50
Sahara 40 50
Dede Andri 50 65
Rina Faridah 75 80
Jumlah 1010 1140
Nilai Rata-rata 56,11 63,33
Tabel 7
Tingkat Penguasaan Materi di atas Rata-rata
Tingkat Penguasaan Materi Diatas Rata-rata (70)
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33
4.2.2. Pembahasan Hasil Tindakan Siklus 1
Dari pengamatan tabel diatas, terlihat adanya perbaikan yang cukup menggembirakan peniliti, antara lain :
a) Kualitas rata-rata nilai pada pra siklus (sebelum penerapan metode cooperative learning dilaksanakan) diperoleh rata-rata kelas yaitu 4,2 sedangkan jumlah siswa yang menguasai materi di atas rata-rata hanya sejumlah 3 orang siswa saja atau 16,67 %
b) Setelah dilakukan perbaikan metode pembelajaran pada siklus 1 mulai terlihat adanya perbaikan kualitas nilai rata-rata kelas yang mencapai 7,5 sedangkan jumlah siswa yang mampu menguasai materi di atas rata-rata bertambah menjadi 6 orang siswa atau 33,33 %
c) Nilai Tes formatif siswa pra siklus mendapat angka rata-rata kelas sebesar 56,11 dan hanya 3 orang saja yang menguasai materi pelajaran di atas KKM (70). Sedangkan pada nilai tes formatif siklus 1 mendapat angka rata-rata kelas sebesar 63,33 dan 6 orang yang menguasai materi pelajaran di atas KKM (70). Hal ini menunjukkan ada peningkatan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan melalui tehnik diskusi kelompok.
Proses pembelajaran cooperative learning yang telah dilaksanakan adalah dengan membiasakan siswa berdiskusi yang ditunjang oleh pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan melalui metode pembelajaran cooperativ learning yang lain seperti : STAD, Jigsaw, Makemacth, dll. Dengan proses pembelajaran yang bervariasi tersebut. Proses belajar mengajar terlihat lebih menarik dan menyenangkan karena guru selalu memberikan motivasi agar siswa harus berani bertanya terhadap apa yang belum dipahaminya.
Berkenaan dengan proses pembelajaran di dalam kelas, guru sangat berperan dalam menentukan setiap keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang lebih baik. Pola pembelajaran yang diterapkan, akan mempengaruhi pola pikir, sikap, serta pemahaman siswa terhadap suatu materi yang diajarkan. Meningkatnya prestasi belajar siswa, bukan hanya dilihat dari bagusnya nilai, tetapi harus terlihat pula adanya perubahan cara berpikir dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran. Dan hal tersebut, ditentukan oleh cara guru merancang sistem pembelajaran yang efektif dan inovatif, sehingga pembelajaran di dalam kelas selalau menarik perhatian.
Dengan membiasakan siswa mengajukan pertanyaaan, akan menciptakan pola pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif dalam mengungkapkan apa yang belum mereka pahami melalui pertanyaan kepada guru atau temannya.
Hasil pengolahan data dan refleksi pada siklus 1 dengan materi penerapan kebiasaan berdiskusi, terlihat beberapa kelebihan yang dimiliki siswa selama belajar berlangsung, diantaranya :
a) Siswa yang pada awal diskusi masih terlihat acuh tak acuh dan tidak bersemangat, setelah pembelajaran berjalan dengan suasana hangat, maka siswa tersebut mulai kelihatan ada usaha untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya, dan tertarik terhadap permasalahan sehingga termotivasi untuk memberikan ide, berpendapat dan ikut merumuskan masalah.
b) Ada kemajuan dalam kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan adanya usaha terlibat dalam suasana belajar, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun rekan sekelasnya.
c) Dengan adanya dorongan dari guru agar siswa mengajukan pertanyaan membuat siswa selalu mencari kalimat yang tepat untuk dalam menganalisa suatu persoalan baik dalam bentuk kalimat maupun gambar untuk mengajukan / menjawab pertanyaan. Dengan demikian, siswa berusaha untuk lebih mencerna materi yang dibahas agar dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan guru, atau dapat mengajukan pertanyaan yang tepat yang sesuai dengan pokok bahasan saat itu.
d) Pada saat diadakan tes tulis terhadap materi yang dibahas, hasil tesnya menunjukan adanya peningkatan penyertaan materi sehingga siswa sebagian besar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada tes tertulis tersebut.
Adapun kelemahan yang dimiliki siswa dalam diskusi tersebut, diantaranya :
1. Belum bisa memberikan pertanyaan yang efektif, sehingga kadang-kadang pertanyaan tersebut sulit dimengerti oleh orang yang diberi pertanyaan. Hal tersebut dikarenakan siswa pada pembelajaran sebelumnya, belum terbiasa atau kurang adanya dorongan dari guru untuk selalu mengajukan pertanyaan tentang apa yang belum dipahaminya.
2. Dengan belum terbiasanya siswa mengajukan pertanyaan (bertanya) maka masih terlihat kecanggungan dan kertaguan dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
4.2.3. Refleksi Siklus 1
Pada pelaksanaan siklus 1 kekurangan yang dimilki peneliti dalam menggunakan metode mengajar sebelumnya, antara lain :
a. Selama mengajar di kelas, peneliti kurang memusatkan perhatian kepada siswa pada saat siswa berdiskusi dengan siswa teman sekolompoknya.
b. Selama mengajar di kelas, kurang dibiasakan terhadap siswa untuk berdiskusi dan bertanya terhadap materi yang dibahas oleh guru.
c. Kurangnya memberikan tuntunan serta arahan dalam mengungkapkan pertanyaan.
d. Jarang memberikan lontaran kembali pertanyaan siswa kepada siswa lainnya.
e. Pertanyaan - pertanyaan yang dilontarkan guru tidak mendorong terjadinya interaksi antar siswa.
f. Tidak pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang melontarkan pertanyaan atau memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4.3. Siklus II
4.3.1. Seting
Hari/Tanggal : Rabu, 01 Oktober 2010
Tempat Pelaksanaan : SDN Caringin 6 Karangtengah
Perencanaan : Perumusan RPP II
Pelaksanaan : Pelaksanaan RPP II
a. Kegiatan awal : Apersepsi
b. Kegiantan inti
4.3.2. Perencanaan
a. Menelaah kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi penerapan metode diskusi dan bertanya yang akan dibahas.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II dengan materi penerapan metode bertanya.
c. Guru menyiapkan materi yang akan dibahas
d. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam pembelajaran (lembar observasi, panduan diskusi pada panduan wawancara)
e. Membuat insrumen untuk evaluasi hasil belajar siswa
4.3.3 Pelaksanaan
a. Membagi siswa secara acak dalam beberapa kelompok kerja
b. Menyampaikan materi yang akan dijelaskan dengan mengemukakan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c. Membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi kelompok
d. Memantau kegiatan siswa selama mengerjakan tugas kelompok berdiskusi
e. Siswa mempresentasikan di depan kelas, kemudian kelompok lain sebagai peserta diskusi melemparkan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang di presentasikan.
f. Guru mengarahkan pertanyaan maupun jawaban yang dilontarkan siswa.
g. Membimbing serta mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
h. Memberikan tes hasil diskusi siswa pada akhir penelitian siklus II
4.2.1. Pengamatan Siklus 2
Yang dijadikan sebagai bahan pengamatan adalah kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung.
Tabel 8
Lembar Pengamatan (observasi)
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No
Yang di observasi Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Banyak siswa Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa 18 18 18
2 Hanya diam 8 4 2
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4 4
4 Bertanya kurang mengarah 1 8 2
5 Bertanya cukup mengarah 2 2 4
6 Bertanya dengan tepat 0 0 4
7 Mempertahankan pendapat/menajawab pertanyaan dengan tepat 0 1 2
Tabel 9
TINGKAT PENGUASAAN MATERI DIATAS RATA-RATA (70)
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33
Tabel 10
Data Nilai Hasil Diskusi
Pra Siklus Siklus Pertama dan Siklus Kedua
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Ahmad Fauzi 15 15 25
Wulan Permatasari 10 10 20
Iin Indriani 5 10 15
Reni Ratnasari 0 5 10
Ahmad Ubaidilah 0 5 10
Saeful Rojak 5 10 10
Rizki Fauzi 0 5 10
Siti Maryam 0 0 5
Suhartini 5 10 20
Nurdin 0 5 10
Dede Solahudin 5 10 15
Abdul Kodir 5 10 10
Siska Sri Indriani 5 10 15
Susilawati 0 0 10
Kirwan 0 0 5
Sahara 0 0 5
Dede Andri 5 10 15
Rina Faridah 15 20 30
Jumlah 75 135 200
Nilai Rata-rata 4,2 7,5 13,33
4.2.2. Analisis Data Hasil Pengamatan Siklus 2
Tabel 12
Data Perolehan Nilai Pra Siklus
Skor Pra Sklus Skor Siklus 1 Siklus 2
Nilai Jumlah
Siswa
N x f
%
Nilai Jumlah
Siswa
N x f
%
Nilai Jumlah
Siswa
N x f
%
0 8 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0
5 7 35 19,4 5 4 20 11,11 5 3 15 16,67
10 1 10 5,56 10 8 80 44,44 10 7 70 38,89
15 2 30 16,67 15 1 15 8,33 15 4 60 22,22
20 1 20 11,11 25 2 20 11,11
30 1 25 5,56
1 30 5,56
Jumlah 18 75 42 Jumlah 18 135 75 Jumlah 18 240 100
Tabel 13
Lembar Pengamatan (observasi)
Pra Siklus 1
No
Yang di observasi Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Banyak siswa Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa 18 18 18
2 Hanya diam 8 4 0
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4 3
4 Bertanya kurang mengarah 1 8 7
5 Bertanya cukup mengarah 2 1 4
6 Bertanya dengan tepat 0 1 2
7 Mempertahankan pendapat /Menjawab pertanyaan 0 0 2
Tabel 14
Data Nilai Tes Formatif Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Ahmad Fauzi 75 80 80
Wulan Permatasari 70 70 75
Iin Indriani 65 70 75
Reni Ratnasari 50 55 55
Ahmad Ubaidilah 50 60 70
Saeful Rojak 50 60 65
Rizki Fauzi 50 60 70
Siti Maryam 50 60 60
Suhartini 65 75 75
Nurdin 50 55 60
Dede Solahudin 60 70 70
Abdul Kodir 60 65 70
Siska Sri Indriani 60 65 70
Susilawati 50 50 50
Kirwan 40 50 50
Sahara 40 50 50
Dede Andri 50 65 65
Rina Faridah 75 80 85
Jumlah 1010 1140 1195
Nilai Rata-rata 56,11 63,33 66,39
Tabel 15
TINGKAT PENGUASAAN MATERI DIATAS RATA-RATA
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33 10 55,55
4.2.3. Pembahasan Hasil Tindakan Siklus 2
Dari gambaran tabel nilai di atas, terlihat adanya kemajuan kualitas nilai rata-rata kelas maupun tingkat penguasaan materi dari siklus sebelumnya (Pra siklus dan siklus 1), antara lain :
a) Bila dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada hasil pembelajaran Pra siklus, siklus 1, yang memperoleh rata-rata 4,2 dan 7,5 serta jumlah siswa yang mampu menguasai materi ditas rata-rata (70%) sebanyak 3 orang siswa pada pra siklus atau 16,67 % dan 6 orang siswa pada siklus 1 atau 33,33 %
b) Sedangkan pada hasil pembelajaran siklus 2, nilai rata-rata kelasnya mencapai 13,33 serta meningkatnya jumlah siswa yang mampu menguasai materi diatas rata-rata (70%) menjai 10 orang siswa atau 55,55 %.
c) Hasil nilai Tes formatif pada pra siklus rata-rata kelas mendapat nilai 56,11 dan pada siklus 1 ada peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 7,22 % atau rata-rata kelas sebesar 63,33 dan pada siklus 2 terjadi pula peningkatan sebesar 3,3 % dari siklus 1 atau besar rata-rata kelas 66,39.
Hasil pengolahan data dan refleksi pada siklus 2 dengan materi penerapan kebiasaan berdiskusi dan bertanya terlihat beberapa peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, bila dengan proses pembelajaran sebelumnya (Pra Siklus dan Siklus 1), diantaranya:
a) Terlihat adanya kemajuan dalam kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan adanya usaha terlibat aktif dalam diskusi
b) Siswa lebih terpusat perhatiannya sehingga mampu melemparkan pertanyaan-pertanyaan kepada lawan diskusinya secara terarah, juga sebaliknya sudah dapat menigkatkan kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok diskusi lainnya.
c) Siswa yang pada awalnya enggan dan malu-malu terlibat dalam diskusi, sudah mulai menunjukkan keberaniannya melontarkan pertanyaan maupun mempertahankan argumentasinya, sehingga suasana belajar didalam kelas kelihatan lebih hidup dan menggairahkan.
d) Siswa dapat mencerna dan memahami materi yang dibahas dengan ditunjukan menampilkan kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan lawan diskusinya secara terarah.
e) Pada saat diadakan penmilaian terhadap materi yang didiskusikan, hasil tesnya menunjukkan ada ada peningkatan penyerapan materi sehingga siswa sebagian besar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada penilaian tersebut.
Pada pertemuan penelitian siklus 2 ini, penulis mencoba mengurangi kelemahan-kelemahan yang dilakukan pada penelitian siklus 1, akan tetapi kecenderungan siswa untuk berinteraksi dalam hal kebiasaan bertanya masih relatif belum berjalan dua arah, penulis masih harus memberikan stimulus dan tuntunan supaya interaksi antar siswa dalam tanya jawab dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik.
4.2.4. Deskripsi Temuan
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama observasi, maka dapat digambarkan bahwa aspek-aspek yang menyebabkan rendahnya partisifasi siswa dalam berdiskusi dan bertanya selama proses pembelajaran sebagian besar siswa kurangnya memahami materi pelajaran dan kurang berinteraksi dengan teman sekelompok sehingga mereka merasa kesulitan untuk menelaah masalah, memberikan sumbangan ide, merumuskan masalah, memberi pertanyaan, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan apabila diajukan pertanyaan.
Hal tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek peneliti dan aspek siswa. Dimana peneliti jarang melakukan variasi dalam pembelajaran, sedangkan siswa sendiri kurang aktif bertanya, aktif menjawab, aktif berdiskusi, aktif mengulang pelajaran dan kegiatan pembelajaran lainnya yang kurang dipahami siswa.
Setelah dilakukan tindakan kelas melalui penerapan metode kebiasaan bertanya melalui diskusi di dalam kelas, maka pola pikir serta tingkah laku dalam belajar mendapatkan kemajuan, apakah dalam hal kemampuan menyerap materi yang dibahas maupun kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru kepada siswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas tersebut, maka peneliti mencoba memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran sebelumnya, antara lain :
a) Memperbaharui strategi pembelajaran dengan menggunakan macam-macam metode balajar. Salah satunya metode cooperative learning yang di dalamnya terdapat macam-macam metode pembelajarn.
b) Memusatkan perhatian siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang sifatnya meluas kemudian menyempit.
c) Meminta sisiwa lain untuk menanggapi pertanyaan temannya dengan cara
melemparkan jawaban yang diberikan oleh siswa lain kepada penanya. Hasilnya cukup efektif untuk meningkatkan interaksi antar siswa, hal ini disebabkan siswa lebih tertarik menanggapi jawaban temannya daripada jawaban dari penulis.
d) Memberikan waktu berpikir kepada siswa antara pertanyaan dengan jawaban. Hal ini berdampak positif, karena jawaban yang diberikan oleh siswa lain dapat lebih sistematis dan logis ketimbang ketika mereka tidak diberikan waktu berpikir oleh peneliti dalam memberikan jawaban.
e) Memberikan tuntunan seta mengarahkan pertanyaan yang kurang tepat kepada siswa agar pertanyaan tersebut dapat lebih cepat di cerna oleh orang yang diberikan pertanyaan.
f) Membiarkan interaksi agar lebih aktif mengeluarkan tanggapan tentang materi yang dibahas.
g) Menambah alat peraga (media pembelajaran) yang relevan agar siswa lebih mencerna maksud dari materi yang dibahas.
h) Selalu memberikan penghargaan terhadap siswa yang bertanya maupun menjawab dengan kalimat pujian agar argumennya merasa dihargai oleh orang lain, sehingga siswa tidak merasa malu untuk berani untuk terus aktif bicara pada saat diberikan pertanyaan.
i) Selalu mengingatkan untuk mencatat poin-poin penting ketika guru memberikan penjelasan suatu materi.
4.2.5. Refleksi Siklus 2
Dalam pembelajaran terdapat berbagai tujuan yang menyebabkan kita sebagai guru mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, antara lain :
a) Mengembangkan pendekatan cara belajar yang melibatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Menimbulkan ke ingin tahuan sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan
c) Merangsang fungsi pikir dengan cara mengembangkan minat dan tingkah laku siswa dalam belajar, karena kegiatan berpikir merupakan kegiatan bertanya untuk mencari jawaban sehingga menghasilkan buah pikiran dari seseorang.
d) Memfokuskan perhatian siswa, karena pada dasarnya pertanyaan dapat dijadikan alat agar dapat memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibahas.
e) Menstrukturkan tugas yang akan diberikan melalui pertanyaan yang memibutuhkan jawaban dari yang sederhana sampai ke yang kompleks
f) Mendiagnosis kesulitan belajar yang terjadi selama siswa mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Melalui kegiatan bertanya, guru akan mengetahui pada bagian mana siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
g) Mengkomunikasikan harapan yang diinginkan guru dari siswanya.
h) Merangsang terjadinya diskusi dan memeprlihatkan perhatian terhadap gagasan dan peranan siswa sebagai subjek belajar.
4.3. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Cooperative Learning
4.3.1. Kelebihan cooperative learning yaitu:
a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang
e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama
g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Cooperative learning dapat mencegah keagresivan dalam istem
kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
k. Menambah motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman- teman sekelasnya
m. Mudah diterapkan dan tidak mahal
4.3.2. Kelemahan cooperative learning yaitu:
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam
kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat diminimalisirkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Metode Cooperative Leraning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya (PTK Pada siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut Dalam menyerap mata pelajaran bahasa Indonesia), antar lain :
a) Kegiatan bertanya dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang dibahas sehingga siswa merasa takut atau malu bila tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
b) Kegiatan bertanya dapat menimbulkan keingin tahuan sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibahas.
c) Kegiatan bertanya dapat mendiagnosis kesulitan belajar selama siswa mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan bertanya, guru akan segera mengetahui pada bagian mana siswa mengalami kesulitan dalam mencerna materi yang dibahas.
Hal di atas dapat dibuktikan dengan meningkatkanya hasil perolehan nilai rata-rata kelas Pra siklus sebesar 56,11. siklus 1 sebesar 63,33 dan siklus 2 sebesar 66,39. selain itu kualitas penguasaan materi diharapkan menunjukan adanya peningkatan, yaitu ; Pra Siklus sebesar 16,67%, siklus 1 sebesar 33,33% dan siklus 2 sebesar 55,55%. aktivitas siswa dalam pembelajaran memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan, antara lain : kehadiran siswa pada pra siklus hanya 3 orang siswa sedangkan pada akhir penelitian meningkat mencapai 15 orang yang mau bertanya. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan pada Pra Siklus 0 orang siswa sedangkan pada siswa pada akhir penelitian ada peningkatan mencapai 2 orang siswa.
5.2. Saran-saran
Saran-saran dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan pokok bahasan Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya, antara lain :
a) Guru harus selalau berupaya meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik agar kualitas yang dihasilkan dari proses pembelajaran makin lebih baik.
b) Guru harus selalu mencoba berbagai metode pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, agar tidak terjadi pembelajaran yang menoton yang bisa berakibat jenuhnya siswa dalam menghadapi belajar, karena suasana belajar yang tidak menarik untuk diperhatikan.
c) Guru harus selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan meninggalkan proses pembelajaran konvensional yang sebelumnya dilaksanakan di dalam kelas agar siswa mendapatkan suasana baru yang kondusif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
AM, Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press
Departemen Pendidikan Nasional, 2006 Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas
Fathurrohman, Pupuh, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama
Kunandar, 2008. Langkah Mudah penelitian tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algensindo
Sukarmin. 2002. Pembelajaran Cooperative Learning. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Suhadjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumiaksara
Undang, Gunawan, 2008. Tekhnik Penelitian kelas . Bandung : Sayaga Tama
Yusup, D, 1982. Penegertian Metode Mengajar. Bandung PT. Angkasa.
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Lembar Observasi Pra Siklus .......................................................... 13
2. Tabel 2. Tingkat Penguasaan Materi Pra Siklus ............................................13
3. Tabel 3. Data Nilai Pra Siklus dan Siklus 1 ...................................................14
4. Tabel 4. Data Nilai Pra Siklus ........................................................................16
5. Tabel 5. Data Hasil Perolehan Nilai Siklus 1 .................................................16
6. Tabel 6. Lembar Observasi Pra Siklus dan Siklus 1 ......................................17
7. Tabel 7. Tingkat Penguasaan Materi Siklus 1 ...............................................17
8. Tabel 8. Lembar Observasi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 .......................18
9. Tabel 9. Tingkat Penguasaan Materi .............................................................21
10. Tabel 10. Data Nilai Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ....................................22
11. Tabel 11. Data Nilai Pra Siklus .......................................................................23
12. Tabel 12. Data Hasil Perolehan Nilai Siklus 2 ................................................24
13. Tabel 13. Lembar Observasi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ......................24
14. Tabel 14. Tingkat Penguasaan Materi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ........24
DAFTAR GRAFIK
1. GRAFIK 1 DATA HASIL TES PRA SIKLUS ......................................................15
2. GRAFIK 2 DATA HASIL TES SIKLUS 1 ........................................................... 15
3. GRAFIK 3 DATA HASIL TES SIKLUS 2 ........................................................... 23
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….......
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...... Ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 2
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 3
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Cooperative Learning …………………………... 5
2.2. Fungsi Diskusi dalam Pembelajaran ………………………… 9
2.3. Motivasi Belajar ……………………………………………….. 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Setting Penelitian ……………………………………………… 21
3.2. Tehnik Pengumpulan Data …………………………………… 22
3.3. Tehnik Analisis Data …………………………………………... 22
3.4. Metode dan Hipotesis ………………………………………….. 23
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pentingnya Cooperative Learning …………………………….. 24
4.2. Pelaksanaan Cooperative Learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia………………………………………………………..
26
4.3. Pengamatan Siklus 1 …………………………………………... 31
4.4. Pengamatan Siklus 2 …………………………………………... 38
4.5. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning …………..... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan …………………………………………………… 51
5.2. Saran …………………………………………………………… 52
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 53
LAMPIRAN GRAFIK-GRAFIK
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan karunia serta rahmat-Nya yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam penulis curahkan dengan segenap kerendahan hati kepada Nabi Muhammad SAW. Amiin, syukur alhamdulillah penulis ucapkan karena penelitian tindakan kelas tentang "Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya". (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Kabupaten Garut. Dalam menyerap mata pelajaran Bahasa Indonesia) telah selesai walau masih ada kekurangan.
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena keterbatasan keilmuan, sumber bahan dan waktu, tentunya kritikan serta saran yang membangun dari para pembaca penulis haturkan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, sekolah dan guru.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
2. Pengawas TK/SD kecamatan Karangtengah Kab. garut
3. Kepala Sekolah SDN Caringin 6 Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
4. Guru-guru di SDN Caringin 6 Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
5. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
Akhirnya semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu, rekan-rekan berikan kepada penulis mendapat balasan yang sebaik mungkin dari Allah SWT. Amin.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah kelengkapan metodologi dalam penelitian pendidikan khususnya di objek penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar