BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang Masalah 
 Di dalam pembelajaran banyak sekali metode-metode mengajar sebagai panduan bagi guru untuk menyampaikan materi bahasan dikelas kepada siswanya. Metode tersebut diantaranya ; pembelajaran cooperative learning yang didalamnya terdapat berbagai macam-macam metode yang diantaranya metode STAD, metode Jigsaw, dll. Metode-metode tersebut dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan serta aktivitas siswamenyerap materi.
 Untuk mengetahui kemampuan serta semangat belajar siswa, penulis akan berusaha mencoba merangsang siswa dengan metode diskusi agar siswa dapat saling bertukar pikiran diantara temannya atau saling memberikan solusi dari permasalahan yang dibahasnya. Kaalu hal tersebut sering dilakukan didalam kelas, maka siswa akan terbiasa melakukan diskusi dan bertanya kepada guru atau teman sekelas bila menemukan kesulitan-kesulitan materi yang disampaikan, sehingga susana kelas lebih hidup dan aktivitas siswa lebih meningkat. 
 Tindakan-tindakan nyata oleh guru dalam meningkatkan kualitas mengajar serta menganalisis kelemahannya, kemudian hasil tindakan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan, maka guru tersebut sudah melakukan penelitian yang dinamakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 
 Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat (Wardhani, 2004). Dari berbagai sumber penelitian, bahwa dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi dan membiasakan siswanya bertanya dalam kelas, maka dapat meningkatkan kualitas kemajuan siswa dalam menyerap mata pelajaran.
 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa selama siswa belajar di dalam kelas yang selanjutnya dilakukan penelitian dan analisis untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar mengajar tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengambil judul:
“Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan  Berdiskusi dan Bertanya” (PTK Pada Siswa Kelas V  SDN  Caringin 6  dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia) 
1.2. Rumusan Masalah  
 Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning pada siswa  Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
2. Bagaimana kebiasaan berdiskusi dan bertanya siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
3. Efektifitas penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi dan bertanyar pada siswa  Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut?
1.3. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan dari Penelitian Kelas ini adalah : 
1.  Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Learning pada siswa  Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut.
 2. Untuk mengetahui kebiasaan berdiskusi dan bertanya pada siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut. 
 3. Untuk mengetahui efektifitas penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning untuk menumbuhkan kebiasaan dalam berdiskusi dan bertanya belajar pada siswa  Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut
1.4. Manfaat Penelitian  
a. Secara Praktis  
     1. Bagi Siswa  
 Diharapkan siswa lebih aktif berdiskusi dalam belajar melalui Penerapan Metode Cooperative Learning (Belajar berkelompok)  sehingga siswa merasa termotivasi untuk merumuskan, menelaah dan menjawab setiap permasalahan yang terdapat dalam materi pelajaran sehingga akan meningkatkan hasil belajar. 
     2. Bagi Guru 
1). Dapat memberikan informasi tentang keberhasilan siswa kelas V dalam belajar melalui Penerapan Metode Cooperative Learning
2).Sebagai referensi untuk mencoba strategi pembelajaran dengan tipe  pembelajaran yang lain.
3). Memberikan sumbangan dalam rangkaian perbaikan mengajar sehingga dapat 
        meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam mengajar. 
         3. Bagi Sekolah 
1). Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui strategi-strategi pembelajaran.
2). Memotivasi guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas terhadap mata 
     pelajaran yang dipegang guna meningkatkan hasil belajar siswanya.
 b. Manfaat Teoritis 
 Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman menulis, membaca dan berbahasa khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, serta mempermudah pemahaman siswa terhdap materi pelajaran yang diterima di dalam kelas. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1. Pembelajaran Cooperatif Learning  (Belajar Sistem Kelompok)
      2.1.1.  Pengertian Cooperative Learning 
 Cooperative  learning  merupakan  strategi  pembelajaran  yang menitikberatkan  pada  pengelompokan  siswa  dengan  tingkat  kemampuan akademik  yang  berbeda  kedalam  kelompok-kelompok  kecil  .Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada  teman  sekelompoknya,  menghargai  pendapat  teman,  berdiskusi dengan  teratur,  siswa  yang  pandai  membantu  yang  lebih  lemah,  dan sebagainya. 
 Agar  terlaksana  dengan  baik  strategi  ini  dilengkapi  dengan  LKS yang  berisi  tugas  atau  pertanyaan  yang  harus  dikerjakan  siswa.  Selama bekerja  dalam  kelompok,  setiap  anggota  kelompok  berkesempatan  untuk mengemukakan  pendapatnya  dan memberikan  respon  terhadap  pendapat temannya.  Setelah  menyelesaikan  tugas  kelompok,  masing-masing menyajikan  hasil  pekerjaannya  didepan  kelas  untuk  didiskusikan  dengan seluruh siswa. 
     2.1.2.  Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning 
 Menurut  Lundgren  (Pupuh Faturohman,  2007:2)  Unsur-unsur  dasar  yang perlu  ditanamkan  pada  diri  siswa  agar  cooperative  learning  lebih  efektif adalah sebagai berikut : 
a. Para  siswa  harus  memiliki  persepsi  bahwa  mereka  “tenggelam  atau berenang bersama” 
b. Para  siswa memiliki  tanggung  jawab  terhadap  tiap  siswa  lain  dalam kelompoknya, disamping  tanggung  jawab  terhadap diri sendiri, dalam  mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para  siswa  harus  berpandangan  bahwa  mereka  semuanya  memiliki tujuan yang sama. 
d.  Para  siswa  harus membagi  tugas  dan  berbagi  tanggung  jawab  sama besarnya diantara anggota kelompok. 
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 
f. Para  siswa  berbagi  kepemimpinan  sementara  mereka  memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 
g. Para  siswa  akan  diminta mempertanggungjawabkan  secara  individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 
 Sementara  itu,  menurut   Uzer Usman, (2004: 23)  pembelajaran  yang menggunakan  model cooperative  learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :  
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya. 
b.  Kelompok  dibentuk dari  siswa  yang  memiliki  kemampuan  tinggi, sedang dan rendah. 
c.  Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari  ras, bangsa,  suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. 
d.  Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. 
  2.1.3.  Model Cooperative Learning 
 Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili model-model cooperative learning :  
a. Student Teams Achievement Division (STAD) 
Langkah-langkah: 
1)  Membentuk kelompok yang anggotanya  ±  4 orang. 
2)  Guru menyajikan materi pelajaran. 
  3) Guru  memberi  tugas  untuk  dikerjakan,  anggota  kelompok  yang mengetahui  jawabannya  memberikan  penjelasan  kepada  anggota kelompok.
       4) Guru  memberikan  pertanyaan/kuis  dan  siswa  menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu. 
5)  Pembahasan kuis 
6)  Kesimpulan  
b. Jigsaw (model tim ahli) 
Langkah-langkah: 
1)  Siswa dikelompokkan dengan anggota  ± 4 orang 
2)  Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda 
              3) Anggota  dari  tim  yang  berbeda  dengan  penugasan  yang  sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli) 
   4)  Setelah  kelomppok  ahli  berdiskusi,  tiap  anggota  kembali kekelompok  asal   dan  menjelaskan  kepada  anggota  kelompok tentang subbab yang mereka kuasai 
   5)  Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi  
   6)  Pembahasan  
   7)  Penutup  
c. Group Investivigation Go a Round 
Langkah-langkah: 
  1)  Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari  ± 5 siswa 
  2)  Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis 
3)  Mengajak  setiap  siswa  untuk  berpartisipasi  dalam  menjawab pertanyaan kelompoknya  secara bergiliran  searah  jarum  jam dalam kurun waktu yang disepakati. 
d. Think Pair And Share 
Langkah-langkah: 
1)  Guru menyampaikan inti materi 
2)  Siswa  berdiskusi  dengan  teman  sebelahnya  tentang materi/permasalahan 
      yang disampaikan guru 
3)  Guru  memimpin  pleno  dan  tiap  kelompok  mengemukakan  hasil  
     diskusinya
       4) Atas  dasar  hasil  diskusi,  guru  mengarahkan  pembicaraan  pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa 
5)  kesimpulan 
e. Make a match (membuat pasangan) 
Langkah-langkah: 
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban) 
       2)  Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 
3)  Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban) 
4)  Siswa  yang  dapat  mencocokkan  kartunya  sebelum  batas  waktu diberi poin 
     5)  Setelah  satu  babak  kartu  dikocok  lagi  agar  tiap  siswa  mendapat kartu  yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya 
6)  Kesimpulan. 
 
2.2.  Fungsi Diskusi dalam Pembelajaran 
  Perkembangan intelektual manusia khususnya anak didik secara utuh diraih melalui proses pendidikan formal maupun non formal, yang dapat menghantarkan terhadap-pola pikir dalam tingkah laku yang ilmiah, terampil dan mempunyai sikap sosial yang tinggi dalam kerja berkelompok. Strategi pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya melalui kegiatan percobaan (praktikum), studi banding, dan diskusi agar anak didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari.
 Metode diskusi adalah metode yang sangat efektif dalam sebuah kegiatan belajar mengajar, karena dalam situasi tersebut siswa dapat saling melempar pertanyaan dan solusi diantara teman-temannya. Di samping itu mereka dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, juga siswa dalam lebih aktif dalam bertanya kepada sesama temannya atau kepada guru itu sendiri, sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha merekam materi diskusi secermat mungkin dan juga selalu konsentrasi terhdap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh lawan diskusinya, sehingga secara perlahan tapi pasti konsentrasi belajar anak lebih meningkat. 
 Dalam penggunaan metode diskusi perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 
(1). Masalah yang dibahas berkenaan dengan materi yang disampaikan atau dibahas saat itu dalam kelas yang mengandung pro dan kontra.
(2). Siswa diarahkan menganalisa bagian yang menjadi ”masalah” dan ”isu” yang disampaikan oleh guru sebelum diskusi berlangsung. 
(3). Masalah dipecahkan melalui pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki siswa dengan menerapkan metode ilmiah (logis).
    (4)  Guru hanya berperan sebagai pengarah agar permasalahan tidak 
          menyimpang
   (5)  Rekomendasi pemecahan harus berpijak pada nilai-nilai yang ada.              
 2.2.1. Fungsi Pertanyaan dalam Diskusi 
 Bertanya merupakan ungkapan verbal yang meminta tanggapan dari seseorang yang dikenai pertanyaan. Tanggapan yang diberikan dapat berupa fakta, data, pengetahuan, sampai kepada hal - hal yang merupakan hasil analisa atau evaluasi. Jadi bertanya merupakan rangsangan efektif yang dapat mendorong seseorang untuk berfikir. 
 Selain untuk merangsang siswa berfikir, pertanyaan yang dilontarkan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi : 
a) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu, masalah yang belum dipahami.
b) Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang disampaikan dalam pembelajaran. 
c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d) Menuntun siswa untuk menetapkan sendiri konsep-konsep yang diajarkan 
e) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap relevan.
f) Mendorong siswa mengemukakan pandangan dalam diskusi
g) Mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
h) Memperoleh umpan balik tentang materi yang diajarkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep-konsep yang diajarkan. 
i) Menguji dan mengukur hasil belajar siswa 
 Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat kepada siswa, suasana kelas akan hidup karena siswa dapat berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran. Bila guru mengajukan pertanyaan maka siswa akan aktif berpikir dalam mencari jawaban dari pertanyaan guru tersebut. 
 2.2.2. Jenis-jenis Pertanyaan 
 Jenis-jenis pertanyaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (1) jenis pertanyaan menurut tingkat kognitif siswa, (2) jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran, dan (3) jenis pertanyaan menurut maksudnya. 
(1) Jenis Pertanyaan menurut jenjang kognitif siswa 
 Berdasarkan Taksonomi Bloom, pertanyaan dapat digolongkan menjadi enam macam sesuai dengan jenjang kognitif yang diharapkan dari jawaban pertanyaan tersebut, yaitu : 
a. Pertanyaan ingatan atau pengetahuan, merupakan pertanyaan yang menghendaki siswa mengenal atau mengingat informasi yang pernah mereka pelajari.
b. Pertanyaan pemahaman, merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa yang sedang belajar mempunyai pemahaman yang cukup tentang konsep-konsep yang diajarkan sehingga mereka dapat mengolah atau mengorganisasikan secara mental. 
c. Pertanyaan penerapan, merupakan pertanyaan yang menghendaki siswa agar dapat menggunakan atu prinsip untuk memberikan jawaban suatu permasalahan. 
d. Pertanyaan analisis, merupakan pertanyaan yang memiliki jenjang lebih tinggi yang menghendaki siswa berfikir kritis dan mendalam. 
e. Pertanyaan sintesis, pertanyaan yang menghendaki siswa dapat menampilkan pemikiran yang asli dan kreatif. 
f. Pertanyaan evaluasi, pertanyaan yang menghendaki siswa untuk menilai manfaat dari suatu gagasan atau pemecahan suatu masalah. 
(2). Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan
a. Pertanyaan sempit, merupakan jenis pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tertutup dan biasanya kunci jawaban telah tersedia. 
b. Pertanyaan luas, merupakan jenis pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari jawaban sesuai dengan cara dan gaya masing-masing dan pertanyaan yang meminta siswa mengadakan evaluasi kognitif atau sikap, meminta siswa menjelaskan kriteria yang digunakan dalam melakukan evaluasi. 
c. Pertanyaan serbaneka, merupakan jenis pertanyaan yang tidak berhubungan langsung dengan tofik persoalan yang dibahas. 
 (3). Jenis pertanyaan menurut maksudnya 
a. Pertanyaan permintaan, merupakan jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa mematuhi perintah yangt diucapkan penanya.
b. Pertanyaan retorik, merupakan jenis pertanyaan yang menyajikan suatu informasi.
c. Pertanyaan mengarah, merupakan jenis pertanyaan yang menguji pemahaman seorang siswa dengan cara mengarahkan pertanyaan kepada siswa. 
d. Pertanyaan mengarah kembali, merupakan jenis pertanyaan yang merupakan tahapan tahapan lanjut dari pertanyaan pengarah di mana pertanyaan ditujukan ke siswa lain bilamana siswa yang satu tidak dapat menjawab pertanyaan. 
e. Pertanyaan penggali, merupakan jenis pertanyaan yang bertujuan untuk membimbing siswa menemukan jawaban yang lebih berbobot.
f. Pertanyaan tuntunan, merupakan jenis pertanyaan yang ditujukan untuk menggali kembali bilamana jawaban siswa belum maksimal atau belum menghasilkan jawaban yang sempurna.
2.3.  Motivasi Belajar 
 2.3.1. Peran Motivasi dalam Pembelajaran  
 Motivasi belajar merupakan unsur yang paling penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidak adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran atau bersikap pasif dan tidak peduli. Tentu saja kondisi yang berbeda ini akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula. 
 Salah  satu  aspek  psikologis  yang  ada  pada  diri  seseorang  adalah motivasi. Menurut  Egsenck  (Slameto,  2003:170) motivasi merupakan  suatu proses  yang menentukan  tingkatan  kegiatan,  intensitas,  konsisten,  serta  arah umum dari tingkah laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan atau kebutuhan yang hendak dicapai. 
 Tujuan atau kebutuhan tersebut akan mengarahkan perilaku seseorang. Begitu  pula  perilaku  seseorang  dalam  kegiatan  belajar mengajar  juga memerlukan  motivasi  untuk  belajar.  Menurut  Sardiman  (2009),  motivasi belajar ada dua yaitu: 
a.  Motivasi Intrinsik 
 Motivasi  intrinsik  adalah motivasi  yang menjadi  aktif  atau  berfungsinya tidak  perlu  ada  perangsang  dari  luar,  karena  dalam  diri  setiap  individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian,  tingkah laku  yang  dilakukan  seseorang  disebabkan  oleh  kemauan  sendiri  bukan dorongan dari luar. 
b.  Motivasi Ekstrinsik. 
 Motivasi  ekstrinsik  merupakan  motif  yang  aktif  dan  berfungsi  karena adanya dorongan atau  rangsangan dari  luar. Tujuan  yang diinginkan dari tingkah  laku  yang  digerakkan  oleh  motivasi  ekstrinsik  terletak  diluar tingkah laku tersebut.  Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru pendidik dan  anggota masyarakat  yang  lain. Guru  sebagai pendidik bertugas memperkuat  motivasi  belajar  selama  minimum  9  tahun  pada  usia  wajib belajar.  Orang  tua  bertugas  memperkuat  motivasi  belajar  sepanjang  hayat. 
   Menurut  Sardiman  (2009:89),  unsur-unsur  yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: 
a.  Cita-cita atau aspirasi siswa 
 Motivasi  belajar  tampak  pada  keinginan  anak  sejak  kecil.  Keberhasilanmencapai  keinginan  tersebut  menumbuhkan  kemauan  bergiat,  bahkan dikemudian  hari  cita-cita  dalam  kehidupan.  Dari  segi  emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari  segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah  atau juga  hukuman  akan  dapat  mengubah  keinginan  menjadi  kemauan,  dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.  
b.  Kemampuan siswa 
 Keinginan  seorang  anak  perlu  dibarengi  dengan  kemampuan  atau kecakapan  mencapainya.  Kemampuan  akan  memperkuat  motivasi  anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.  
c.  Kondisi siswa 
 Kondisi  siswa  yang  meliputi  kondisi  jasmani  dan  rohani  sangat mempengaruhi motivasi belajar.
d.  Kondisi lingkungan siswa 
 Lingkungan  siswa  berupa  keadaan  alam,  lingkungan  tempat  tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 
e.  Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran 
 Siswa  memiliki  perasaan,  perhatian,  kemauan,  ingatan,  pikiran  yang mengalami  perubahan  berkat  pengalaman  hidup.  Pengalaman  dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. 
f.  Upaya guru dalam membelajarkan siswa 
 Guru  adalah  seorang  pendidik  profesional.  Ia  bergaul  setiap  hari  dengan puluhan  atau  ratusan  siswa.  Sebagai  pendidik,  guru  dapat  memilil  dan memilah  yang  baik.  Partisipasi  dan  teladan memilih  perilaku  yang  baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa. 
 Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar menurut Dimyati & Mudjiono (1994:89) yaitu: 
 a.  Optimalisasi penerapan prinsip belajar 
 Kehadiran  siswa  di  kelas  merupakan  awal  dari  motivasi  belajar.  Untuk meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  merupakan  bimbingan  tindak pembelajaran  bagi  guru.  Dalam  upaya  pembelajaran,  guru  harus berhadapan  dengan  siswa  dan  menguasai  seluk  beluk  bahan  yang diajarakan  kepada  siswa.  Upaya  pembelajaran  terkait  dengan  beberapa prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran  tersebut  antara  lain sebagai berikut:  
1. Belajar  menjadi  bermakna  jika  siswa  memahami  tujuan  belajar,  oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.  
2.Belajar menjadi  bermakna  bila  siswa  dihadapkan  pada    pemecahanmasalah yang menantangnya, oleh karena  itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik. 
3. Belajar  menjadi  bermakna  bila  guru  mampu  memusatkan  segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan  tertentu oleh karena itu  guru  sebaiknya membuat  pembelajaran  dalam  pengajaran  unit  atau proyek.  
4. Kebutuhan bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu guru perlu  mengatur  bahan  dari  yang  paling  sederhana  sampai  paling menantang. 
5. Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari, oleh karena itu guru  perlu  memberi  tahukan  kriteria  keberhasilan  atau  kegagalan belajar.  
b.  Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran 
Unsur-unsur  yang  ada  di  lingkungan maupun  dalam  diri  siswa  ada yang mendorong dan ada yang menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu  guru  yang  lebih  memahami  keterbatasan  waktu  bagi  siswa  dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis tersebut dengan jalan :  
1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya. 
2. Memelihara  minat,  kemauan,  dan  semangat  belajarnya  sehingga terwujud tindak belajar. 
3. Meminta  kesempatan  pada  orang  tua  atau  wali,  agar  memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. 
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. 
5. Menggunakan  waktu  secara  tertib,  penguat  dan  suasana  gembira terpusat pada perilaku belajar. 
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri.  
 c.  Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa 
 Guru  wajib  menggunakan  pengalaman  belajar  dan  kemampuan siswa  dalam  mengelola  siswa  belajar.  Upaya  optimalisasi  pemanfaatan pengalaman  siswa  tersebut  dapat  dilakukan  sebagai  berikut  :  (1)  Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya dan bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti. (2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.  (3) Guru memecahkan  hal-hal  yang  sukar.  (4) Guru mengajarkancara memecahkan kesukaran  tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan siswa untuk menjadi tutor sebaya. (7) Guru memberi  penguatan  kepada  siswa  yang  berhasil  mengatasi  kesukaran belajarnya  sendiri.  (8)  Guru  menghargai  pengalaman  dan  kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. 
 d.  Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar 
 Pengembangan  cita-cita  belajar  dilakukan  sejak  siswa  masuk sekolah  dasar.  Pengembangan  cita-cita  tersebut  ditempuh  dengan  jalan membuat kegiatan belajar  sesuatu. Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap  siswa  yang  berhasil.  Sebaliknya  dorongan  keberanian  untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang berasal dari semua lapisan masyarakat.
 2.3.2. Peran Guru dalam Memotivasi Siswa 
 Dalam usaha membantu siswa menggali seluruh potensinya untuk mencapai aktualisasi diri yang maksimal merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru. Guru diharapkan mampu memotivasi siswa dalam mengarahkan perilaku serta pola pikir yang baik dan sesuai dengan tatanan kehidupan dalam masyarakat sekitarnya. Guru juga diharapkan dapat memotivasi siswa dan mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatiukan motif pribadi siswa. Ketika guru melihat siswa yang bosan, guru harus melakukan pembelajaran yang lebih bervariasi yang dapat memberikan tantangan baru kepada siswa. Tugas guru dalam hal ini harus bersikap profesional dan proporsional menggunakan segala pengetahuan, kepribadian serta keterampilan profesional untuk mempengaruhi dan mengarahkan siswa.  Melalui kegiatan pembelajaran, guru dapat membantu siswa mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, kemampuan akademis, dan rasa antusias untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
 2.3.3. Peran Guru dalam kegiatan Pembelajaran Cooperative Learning   
 Walaupun pada hakikatnya guru adalah sebagai fasilitator, tetapi suatu saat guru dituntut menjadi manusia sumber. Sebagai manusia sumber guru dituntut untuk memilki informasi yang dbutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai manusia sumber masih menjadi fasilitator utama untuk mengarahkan, memberi penjelasan dan memotivasi agar siswa dapat menyelesaikan permasalahannya melalui diskusi dalam kelompoknya.  
 Selain itu guru harus mampu menyampaikan informasi dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar dan metode pengajaran yang digunakan sangat berpengaruh terhadap perhatian siswa di dalam kelas. Karena perhatian siswa akan kabur apabila materi pelejaran yang disampaikan dengan cara yang menoton dan membosankan siswa.    
BAB III
METODE PENELITIAN 
3.1. Seting Penelitian
   a. Seting atau tempat
 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Caringin 6 Karangtengah.
   b. Objek Penelitian 
 Yang menjadi objek pada tindakan ini adalah siswa kelas V (lima) 
c. Jumlah Siswa 
 Dalam penelitian ini jumlah siswa yang dijadikan objek penelitian ini sebanyak 18 siswa, dengan komposisi 10 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa. perempuan
d. Indikator Keberhasilan 
 Dalam penelitian ini indikator keberhasilannya adalah : 
 1. Siswa 
       a. Tes                 : Rata-rata nilai ulangan harian 
                                  b. Observasi        : Keaktifan siswa dalam kelompok ketika mengikuti 
                                                                 proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa 
                                                              Indonesia
      2. Guru  
         a. Dokumentasi   :  Kehadiran siswa, aktivitas siswa 
         b. Observasi          :  Hasil pengamatan 
3.2. Tekhnik Pengumpulan Data 
 Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 
  1. Tes                  : Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil  belajar 
  2. Observasi       : digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas  siswa dalam proses berlajar mengajar dan implementasi Penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
3. Wawancara : untuk mendapatkan data secara verbal tentang tingkat keberhasilan penerapan   Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
  4. Diskusi antara guru (teman sejawat) untuk repleksi hasil penelitian 
3.3. Tekhnik Analisis Data 
  Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriftif dengan menggunakan tekhnik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. 
1. Hasil belajar  : Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian Pra siklus
  Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian siklus 1
  Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian siklus 2
2. Aktivitas siswa menganalisis kegiatan siswa pada proses pembelajaran penerapan kebiasaan bertanya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
3. Implementasi bertanya dengan menganalisis tingkat keberhasilan pembelajaran dengan penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Menumbuhkan Kebiasaan untuk Berdiskusi dan Bertanya (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6. Dalam menyerap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia)
3.4. Metode dan Hipotesis Yang Digunakan
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriftif analitis. Melalaui penelitian ini,  peneliti berusaha   memahami   dan  menafsirkan suatu peristiwa menurut perspektif dan hasil pengamatan, sehingga penulis mendapat gambaran secara menyeluruh mengenai masalah yang diteliti dengan hipotesis ” Semakin baik penerapan Metode Cooperative Learning Maka akan semakin tumbuh  Kebiasaan Siswa untuk Berdiskusi dan Bertanya”
BAB IV 
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 
4.1. Pentingnya Cooperative Learning  
 Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif  lebih  banyak  meningkatkan  belajar  dibandingkan  dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Peningkatan belajar  tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada waktu digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa sering beranggapan bahwa  belajar  telah  selesai  setelah  mereka  menguasai  sejumlah  fakta. 
 Bagaimanapun  juga  mereka  lebih  memiliki  kemungkinan  menggunakan tingkat berpikir yang lebih tingi selama dan setelah diskusi dalam kooperatif daripada  apabila  mereka  bekerja  secara  competitive  atau  individual.  Jadi, materi yang dipelajari  siswa melekat untuk periode waktu yang  lebih  lama. 
 Sejumlah  penelitian  menunjukkan  bahwa  di  dalam  setting  kelas,  remaja belajar  lebih  banyak  dari  satu  teman  ke  teman  yang  lain  diantara  siswa daripada  guru.  Konsekuensinya,  pengembangan  komunikasi  yang  efektif seharusnya  tidak  ditinggalkan  demi  kesempatan  belajar  itu.  Metode 
pembelajaran  kooperatif  memanfaatkan  kecenderungan  siswa  untuk berinteraksi.  Pembelajaran  kooperatif memiliki  dampak  yang  sangat  positif 
terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Tiga tujuan pembelajaran  kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu: 
1. Hasil akademik 
Pembelajaran  kooperatif  bertujuan  untuk  meningkatkan  kinerja siswa  dalam  tugas-tugas  akademik.  Pembelajaran  kooperatif  dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas  yang  bekerja  bersama  menyelesaikan  tugas-tugas  akademik.  Siswa kelompok  atas  akan  menjadi  tutor  bagi  siswa  kelompok  bawah,  jadi memperoleh  bantuan  khusus  dari  teman  sebaya,  yang  mempunyai orientasi  dan  bahasa  yang  sama.  Dalam  proses  tutorial  ini  ,  siswa kelompok  atas  akan  meningkatkan  kemampuan  akademiknya  karena memberi  pelayanan  sebagai  tutor  membutuhkan  pemikiran  lebih mendalam  tentang  hubungan  ide-ide  yang  terdapat  di  dalam  materi tertentu. 
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu 
 Efek  penting  yang  kedua  dari  model  pembelajaran  kooperatif adalah  penerimaan  yang  luas  terhadap  orang  berbeda  ras,  budaya,  kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. 
3. Pengembangan keterampilan sosial 
     Tujuan  penting  Ketiga  dari  pembelajaran  kooperatif  ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pembelajaran    Bahasa Indonesia  dengan  cooperative  learning  dapat meningkatkan  pemahaman dan penganalisaan  anak  serta    terhadap suatu permasalahan yang diamatinya . Anak  dapat merasakan  bahwa  berpikir  lebih  baik  dari pada  menghafal  sehingga  mereka  akan  lebih  termotivasi  dalam  kegiatan belajar  mengajar  matematika.  Coopertive  learning  yang  meningkatkan hubungan  kerjasama  antar  teman memacu    anak  untuk  semakin maju  dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama. 
 4.2. Pelaksanaan Cooperative Learning Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 
    4.2.1.  Pelaksanaan Cooperative Learning 
         Tahap pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning
Fase 1 Tingkah laku Guru
Menyampaikan Tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa 
Fase 2 Tingkah laku Guru
Menyajikan Informasi  Guru menyampaikan  informasi  kepada 
siswa  dengan  jalan  demonstrasi  atau 
lewat bahan bacaan
Fase 3 Tingkah laku Guru
Mengorganisasikan  siswa  ke dalam  kelompok-kelompok belajar 
 Guru  menjelaskan  kepada  siswa bagaimana  membentuk  kelompok belajar dan membantu  setiap kelompokagar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Tingkah laku Guru
Membimbing  kelompok  bekerja dan belajar 
 Guru  membimbing  kelompok-kelompok  belajar  pada  saat  mereka
mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Tingkah laku Guru
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi  yang  telah  dipelajari  atau masing-masing  kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 
Fase 6 Tingkah laku Guru
Memberikan penghargaan Guru  mencari  cara-cara  untuk mneghargai  baik  upaya  maupun   hasil belajar individu dan kelompok.
 Menurut  Sukarmin  (2002:  5) Untuk  kelancaran  cooperative  learning sebelum  melakukan  tahapan-tahapan  tersebut  perlu  dilakukan  persiapan  sebagai berikut: 
1.  Persiapan materi  
Materi  yang  akan  disajikan  dalam  cooperative  learning  dirancang sedemikian  hingga  sesuai  dengan  bentuk  pembelajaran  yang diselenggarakan  secara  kelompok.  Sebelum  menyajikan  materi pembelajaran  terlebih dahulu dibuat  lembar kegiatan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif.  
2.  Pembentukan kelompok kooperatif 
Jumlah  anggota  dalam  setiap  kelompok  kooperatif  adalah  4-5  orang. Kelompok  yang  dibentuk  ini  bersifat  heterogen  secara  akademik,  yaitu terdiri  dari  siswa  pandai,  sedang  dan  kurang.  Selain mempertimbangkan kemampuan  akademik,  perlu  juga  mempertimbangkan  kriteria heterogenitas lainnya, misalnya jenis kelamin dan latar belakang sosial.  
3.  Penentuan skor dasar 
Selanjutnya  diinformasikan  skor  dasar  tiap  anggota.  Skor  dasar  berasal dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya.  Cooperative  learning  menawarkan  Model  evaluasi  yang  berbeda dimana  terdapat  nilai  individu  dan  nilai  kelompok. Meskipun  siswa  bekerja bersama,  siswa  secara  perorangan  bertanggung  jawab  terhadap  belajarnya sendiri.  Pemberian  nilai  kelompok  hendaknya  tidak  dilakukan  sampai  siswa merasa  enak  dengan  pembelajaran  kooperatif.  Diakhir  cooperative  learning dilakukan  evaluasi  dan  penghargaan  kelompok.  Evaluasi  dikerjakan  secara individu dalam waktu 45 menit sampai 60 menit. Pada saat evaluasi ini siswa harus  menunjukkan  apa  yang  telah  ia  pelajari  saat  bekerja  dengan kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk  menentukan  nilai  perkembangan  individu  yang  akan  disumbangkan sebagai skor kelompok. 
 Langkah-langkah  yang  dilakukan  untuk  menentukan  bentuk penghargaan kelompok menurut (Sukarmin, 2002:5) adalah sebagai berikut: 
1)  Menghitung skor individu dan skor kelompok  
 Penghitungan  skor  tes  individu  ditujukan  untuk  menentukan  nilai perkembangan  individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok. Nilai  perkembangan  individu  dihitung  berdasarkan  selisih  pemerolehan skor tes terdahulu dengan skor tes terakhir. Dengan cara ini setiap anggota memiliki  kesempatan  yang  sama  untuk  memberi  sumbangan  skor maksimal bagi kelompoknya.  
Tabel 1 
Nilai Perkembangan Individu
Skor tes Nilai perkembangan
-  Tidak melakukan apa-apa
-  Memberikan ide dan merumuskan masalah 
-  Berani berbicara walaupun kurang mengarah
-  Mengemukakan pendapat cukup mengarah/ menjawab 
   Pertanyaan yang cukup mengarah
-  Berpendapat dengan benar /menjawab pertanyaan 
   yang mengarah
-  Mempertahankan pendapat yang dianggap 
   benar/ menjawab pertanyaan dengan sempurna 0
5
10
15-20
25-30
50
2)  Memberi penghargaan prestasi kelompok 
 Skor  dihitung  berdasarkan  rata-rata  nilai  perkembangan  yang disumbangkan  anggota  kelompok.  Berdasarkan  rata-rata  nilai perkembangan  yang  diperoleh,  terdapat  tiga  tingkat  penghargaan  yang diberikan untuk penghargaan kelompok. 
Tabel 2 
Penghargaan Kelompok
Nilai rata-rata kelompok Penghargaan
20 - 25
25 - 50
50 - 100 Cukup Hebat
Hebat
Super Hebat
4.2.2.  Penerapan Cooperative Learning pada Bahasa Indonesia 
       1. Seting 
 Hari/tanggal    : Rabu 25 dan 30 Agustus 2010
 Tempat pelaksanaan   : SDN Caringin 6 Karangtengah 
 Kelas     : V (Lima)
 Jumlah Siswa    : 18 orang
 Perencanaan    : Perumusan RPP 1
 Pelaksanaan    : Pelaksanaan RPP1
       a. Kegiatan awal  : Apersepsi 
       b. Kegiatan Inti  : 
     2. Perencanaan  
1) Menelaah kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi enerapan metode cooperative learning dalam menumbuhkan kebiasaan berdiskusi yang akan dibahas.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi penerapan metode cooperative learning dalam menumbuhkan kebiasaan berdiskusi. 
3) Menyiapkan materi yang akan dibahas 
4) Membuat instrumen yang akan digunakan dalam pembelajaran (lembar observasi, panduan diskusi dan panduan wawancara) 
5) Membuat instrumen untuk evaluasi hasil belajar siswa 
 3. Pelaksanaan : 
1) Membagi siswa secara acak dalam beberapa kelompok diskusi
2) Menyampaikan materi yang akan dujelaskan dengan menggunakan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
3) Membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi kelompok 
4) Memantau kegiatan siswa selama mengerjakan tugas kelompok berdiskusi.
5) Siswa mempresentasikan di depan kelas, kemudian kelompok lain sebagai peserta diskusi menanggapi seputar materi yang diprtesentasikan.
6) Guru mengarahkan pertanyaan maupun jawaban yang dilontarkan siswa
7) Membimbing serta mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
8) Memberikan tes hasil diskusi siswa pada akhir siklus 1
4.3. Pengamatan Siklus 1 
 Yang dijadikan sebagai bahan pengamatan adalah kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung. 
Tabel 3
Data Nilai Pribadi Hasil Diskusi
Pra Siklus dan Siklus 1 
Nama Siswa
 
Pra Siklus  
Siklus 1 
Siklus 2
Ahmad Fauzi 15 15 
Wulan Permatasari 10 10 
Iin Indriani 5 10 
Reni Ratnasari 0 5 
Ahmad Ubaidilah 0 5 
Saeful Rojak 5 10 
Rizki Fauzi 0 5 
Siti Maryam 0 0 
Suhartini  5 10 
Nurdin 0 5 
Dede Solahudin 5 10 
Abdul Kodir 5 10 
Siska Sri Indriani 5 10 
Susilawati 0 0 
 Kirwan 0 0 
 Sahara 0 0 
 Dede Andri 5 10 
 Rina Faridah 15 20 
Jumlah  75 135 
Nilai Rata-rata 4,2 7,5 
4.2.1. Analisis Data Hasil Pengamatan Siklus 1 
Tabel 4
Data Perolehan Nilai Pra Siklus dan Siklus 1 
                       Skor Pra Sklus                                               Skor Siklus 1            
Nilai  Jumlah 
Siswa  
N x f 
% 
Nilai  Jumlah 
Siswa  
N x f 
%
0 8 0 0 0 4 0 0
5 7 35 19,4 5 4 20 11,11
10 1 10 5,56 10 8 80 44,44
15 2 30 16,67 15 1 15 8,33
    20 1 20 11,11
Jumlah  18 75 42 Jumlah  18 135 75
Tabel 5
Lembar Pengamatan (observasi) 
Pra Siklus dan Siklus 1 
No  
Yang di observasi Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
  Banyak siswa  Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa  18 18 
2 Hanya diam  8 4 
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4 
4 Bertanya kurang mengarah  1 8 
5 Bertanya cukup mengarah   2 1 
6 Bertanya dengan tepat 0 1 
7 Mempertahankan pendapat /Menjawab pertanyaan 0 0 
Tabel 6
Data Nilai Tes Formatif Pra Siklus dan Siklus 1 
Nama Siswa
 
Pra Siklus  
Siklus 1 
Siklus 2
Ahmad Fauzi 75 80 
Wulan Permatasari 70 70 
Iin Indriani 65 70 
Reni Ratnasari 50 55 
Ahmad Ubaidilah 50 60 
Saeful Rojak 50 60 
Rizki Fauzi 50 60 
Siti Maryam 50 60 
Suhartini  65 75 
Nurdin 50 55 
Dede Solahudin 60 70 
Abdul Kodir 60 65 
Siska Sri Indriani 60 65 
Susilawati 50 50 
 Kirwan 40 50 
 Sahara 40 50 
 Dede Andri 50 65 
 Rina Faridah 75 80 
Jumlah  1010 1140 
Nilai Rata-rata 56,11 63,33 
Tabel 7
Tingkat Penguasaan Materi di atas Rata-rata 
 
Tingkat Penguasaan Materi Diatas Rata-rata (70)
Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33  
4.2.2. Pembahasan Hasil Tindakan Siklus 1 
   Dari pengamatan tabel diatas, terlihat adanya perbaikan yang cukup menggembirakan peniliti, antara lain : 
a) Kualitas rata-rata nilai pada pra siklus (sebelum penerapan metode cooperative learning dilaksanakan)  diperoleh rata-rata kelas yaitu 4,2 sedangkan jumlah siswa yang menguasai materi di atas rata-rata hanya sejumlah 3 orang siswa saja atau 16,67 %
b) Setelah dilakukan perbaikan metode pembelajaran pada siklus 1 mulai terlihat adanya perbaikan kualitas nilai rata-rata kelas yang mencapai 7,5 sedangkan jumlah siswa yang mampu menguasai materi di atas rata-rata  bertambah menjadi 6 orang siswa atau 33,33 %
c) Nilai Tes formatif siswa pra siklus mendapat angka rata-rata kelas sebesar 56,11 dan hanya 3 orang saja yang menguasai materi pelajaran di atas KKM (70). Sedangkan pada nilai tes formatif siklus 1 mendapat angka rata-rata kelas sebesar 63,33 dan 6 orang yang menguasai materi pelajaran di atas KKM (70). Hal ini menunjukkan ada peningkatan siswa dalam memahami materi pelajaran dengan melalui tehnik diskusi kelompok.    
 Proses pembelajaran cooperative learning yang telah dilaksanakan adalah dengan membiasakan siswa berdiskusi yang ditunjang oleh pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan melalui metode pembelajaran cooperativ learning yang lain seperti : STAD, Jigsaw, Makemacth, dll.  Dengan proses pembelajaran yang bervariasi tersebut. Proses belajar mengajar terlihat lebih menarik dan menyenangkan karena guru selalu memberikan motivasi agar siswa harus berani bertanya terhadap apa yang belum dipahaminya. 
Berkenaan dengan proses pembelajaran di dalam kelas, guru sangat berperan dalam menentukan setiap keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang lebih baik. Pola pembelajaran yang diterapkan, akan mempengaruhi pola pikir, sikap, serta pemahaman siswa terhadap suatu materi yang diajarkan. Meningkatnya prestasi belajar siswa, bukan hanya dilihat dari bagusnya nilai, tetapi harus terlihat pula adanya perubahan cara berpikir dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran. Dan hal tersebut, ditentukan oleh cara guru merancang sistem pembelajaran yang efektif dan inovatif, sehingga pembelajaran di dalam kelas selalau menarik perhatian. 
Dengan membiasakan siswa mengajukan pertanyaaan, akan menciptakan pola pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif dalam mengungkapkan apa yang belum mereka pahami melalui pertanyaan kepada guru atau temannya.
 Hasil pengolahan data dan refleksi pada siklus 1 dengan materi penerapan kebiasaan berdiskusi, terlihat beberapa kelebihan yang dimiliki siswa selama belajar berlangsung, diantaranya : 
a) Siswa yang pada awal diskusi masih terlihat acuh tak acuh dan tidak bersemangat, setelah pembelajaran berjalan dengan suasana hangat, maka siswa tersebut mulai kelihatan ada usaha untuk berinteraksi dengan teman sekelasnya, dan tertarik terhadap permasalahan sehingga termotivasi untuk memberikan ide, berpendapat dan ikut merumuskan masalah.
b) Ada kemajuan dalam kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan adanya usaha terlibat dalam suasana belajar, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun rekan sekelasnya.
c) Dengan adanya dorongan dari guru agar siswa mengajukan pertanyaan membuat siswa selalu mencari kalimat yang tepat untuk dalam menganalisa suatu persoalan baik dalam bentuk kalimat maupun gambar untuk mengajukan / menjawab pertanyaan.  Dengan demikian, siswa berusaha untuk lebih mencerna materi yang dibahas agar dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan guru, atau dapat mengajukan pertanyaan yang tepat yang sesuai dengan pokok bahasan saat itu. 
d) Pada saat diadakan tes tulis terhadap materi yang dibahas, hasil tesnya menunjukan adanya peningkatan penyertaan materi sehingga siswa sebagian besar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada tes tertulis tersebut.  
 Adapun kelemahan yang dimiliki siswa dalam diskusi tersebut, diantaranya : 
1.   Belum bisa memberikan pertanyaan yang efektif, sehingga kadang-kadang pertanyaan tersebut sulit dimengerti oleh orang yang diberi pertanyaan. Hal tersebut dikarenakan siswa pada pembelajaran sebelumnya, belum terbiasa atau kurang adanya dorongan dari guru untuk selalu mengajukan pertanyaan tentang apa yang belum dipahaminya.
2. Dengan belum terbiasanya siswa mengajukan pertanyaan (bertanya) maka masih terlihat kecanggungan dan kertaguan dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.  
4.2.3. Refleksi Siklus 1
     Pada pelaksanaan siklus 1 kekurangan yang dimilki peneliti dalam menggunakan metode mengajar sebelumnya, antara lain : 
a. Selama mengajar di kelas, peneliti kurang memusatkan perhatian kepada siswa pada saat siswa berdiskusi dengan siswa teman sekolompoknya. 
b. Selama mengajar di kelas, kurang dibiasakan terhadap siswa untuk berdiskusi dan bertanya terhadap materi yang dibahas oleh guru. 
c. Kurangnya memberikan tuntunan serta arahan dalam mengungkapkan pertanyaan.
d. Jarang memberikan lontaran kembali pertanyaan siswa kepada siswa lainnya.
e. Pertanyaan - pertanyaan yang dilontarkan guru  tidak mendorong terjadinya interaksi antar siswa.
f. Tidak pernah memberikan penghargaan kepada siswa yang melontarkan pertanyaan atau memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4.3. Siklus II 
  4.3.1. Seting 
Hari/Tanggal   : Rabu, 01 Oktober 2010
Tempat Pelaksanaan  : SDN Caringin 6 Karangtengah
Perencanaan    : Perumusan RPP II
Pelaksanaan    : Pelaksanaan RPP II
   a. Kegiatan awal : Apersepsi 
       b. Kegiantan inti 
 4.3.2. Perencanaan 
a. Menelaah kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi penerapan metode diskusi dan bertanya yang akan dibahas.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II dengan materi penerapan metode bertanya.
c.  Guru menyiapkan materi yang akan dibahas 
d.  Membuat instrumen yang akan digunakan dalam pembelajaran (lembar observasi, panduan diskusi pada panduan wawancara)
e. Membuat insrumen untuk evaluasi hasil belajar siswa
  4.3.3   Pelaksanaan 
  a. Membagi siswa secara acak dalam beberapa kelompok kerja
  b. Menyampaikan materi yang akan dijelaskan dengan mengemukakan  kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c.  Membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi kelompok 
d.  Memantau kegiatan siswa selama mengerjakan tugas kelompok berdiskusi 
e.  Siswa mempresentasikan di depan kelas, kemudian kelompok lain sebagai peserta diskusi melemparkan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang di presentasikan.
f.  Guru mengarahkan pertanyaan maupun jawaban yang dilontarkan siswa.
g. Membimbing serta mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
h. Memberikan tes hasil diskusi siswa pada akhir penelitian siklus II
       4.2.1. Pengamatan Siklus 2
      Yang dijadikan sebagai bahan pengamatan adalah kehadiran siswa dan keaktifan siswa dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung. 
Tabel 8
Lembar Pengamatan (observasi) 
Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 
No  
Yang di observasi Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
  Banyak siswa  Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa  18 18 18
2 Hanya diam  8 4 2
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4 4
4 Bertanya kurang mengarah  1 8 2
5 Bertanya cukup mengarah   2 2 4
6 Bertanya dengan tepat 0 0 4
7 Mempertahankan pendapat/menajawab pertanyaan dengan tepat 0 1 2
Tabel 9
TINGKAT PENGUASAAN MATERI DIATAS RATA-RATA (70)
Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33  
Tabel 10
Data Nilai Hasil Diskusi  
Pra Siklus Siklus Pertama dan Siklus Kedua
Nama Siswa
 
Pra Siklus  
Siklus 1 
Siklus 2
Ahmad Fauzi 15 15 25
Wulan Permatasari 10 10 20
Iin Indriani 5 10 15
Reni Ratnasari 0 5 10
Ahmad Ubaidilah 0 5 10
Saeful Rojak 5 10 10
Rizki Fauzi 0 5 10
Siti Maryam 0 0 5
Suhartini  5 10 20
Nurdin 0 5 10
Dede Solahudin 5 10 15
Abdul Kodir 5 10 10
Siska Sri Indriani 5 10 15
Susilawati 0 0 10
 Kirwan 0 0 5
 Sahara 0 0 5
 Dede Andri 5 10 15
 Rina Faridah 15 20 30
Jumlah  75 135 200
Nilai Rata-rata 4,2 7,5 13,33
4.2.2. Analisis Data Hasil Pengamatan Siklus 2
Tabel 12
Data Perolehan Nilai Pra Siklus
                       Skor Pra Sklus                                        Skor Siklus 1                Siklus 2
Nilai  Jumlah 
Siswa  
N x f 
% 
Nilai  Jumlah 
Siswa  
N x f 
% 
Nilai  Jumlah 
Siswa  
N x f 
%
0 8 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0
5 7 35 19,4 5 4 20 11,11 5 3 15 16,67
10 1 10 5,56 10 8 80 44,44 10 7 70 38,89
15 2 30 16,67 15 1 15 8,33 15 4 60 22,22
    20 1 20 11,11 25 2 20 11,11
        30 1 25 5,56
         1 30 5,56
Jumlah  18 75 42 Jumlah  18 135 75 Jumlah  18 240 100
Tabel 13
Lembar Pengamatan (observasi) 
Pra Siklus 1 
No  
Yang di observasi Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
  Banyak siswa  Banyak siswa Banyak siswa
1 Kehadiran Siswa  18 18 18
2 Hanya diam  8 4 0
3 Memberikan ide/ Merumuskan masalah soal 7 4 3
4 Bertanya kurang mengarah  1 8 7
5 Bertanya cukup mengarah   2 1 4
6 Bertanya dengan tepat 0 1 2
7 Mempertahankan pendapat /Menjawab pertanyaan 0 0 2
Tabel 14
Data Nilai Tes Formatif Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2
 
Nama Siswa
 
Pra Siklus  
Siklus 1 
Siklus 2
Ahmad Fauzi 75 80 80
Wulan Permatasari 70 70 75
Iin Indriani 65 70 75
Reni Ratnasari 50 55 55
Ahmad Ubaidilah 50 60 70
Saeful Rojak 50 60 65
Rizki Fauzi 50 60 70
Siti Maryam 50 60 60
Suhartini  65 75 75
Nurdin 50 55 60
Dede Solahudin 60 70 70
Abdul Kodir 60 65 70
Siska Sri Indriani 60 65 70
Susilawati 50 50 50
 Kirwan 40 50 50
 Sahara 40 50 50
 Dede Andri 50 65 65
 Rina Faridah 75 80 85
Jumlah  1010 1140 1195
Nilai Rata-rata 56,11 63,33 66,39
Tabel 15
TINGKAT PENGUASAAN MATERI DIATAS RATA-RATA 
Pra Siklus  Siklus 1 Siklus 2
Jmlh siswa % Jmlh siswa % Jmlh siswa %
3 16,67 % 6 33,33 10 55,55
4.2.3. Pembahasan Hasil Tindakan Siklus 2
 Dari gambaran tabel nilai di atas, terlihat adanya kemajuan kualitas nilai rata-rata kelas maupun tingkat penguasaan materi dari siklus sebelumnya (Pra siklus dan siklus 1), antara lain : 
a) Bila dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada hasil pembelajaran Pra siklus, siklus 1, yang memperoleh rata-rata 4,2  dan 7,5 serta jumlah siswa yang mampu menguasai materi ditas rata-rata (70%) sebanyak 3 orang siswa pada pra siklus atau 16,67 % dan 6 orang siswa pada siklus 1 atau 33,33 %
b) Sedangkan pada hasil pembelajaran siklus 2, nilai rata-rata kelasnya mencapai  13,33  serta meningkatnya jumlah siswa yang mampu menguasai materi diatas rata-rata (70%) menjai 10 orang siswa atau 55,55 %.
c) Hasil nilai Tes formatif pada pra siklus rata-rata kelas mendapat nilai 56,11 dan pada siklus 1 ada peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 7,22 % atau rata-rata kelas sebesar 63,33 dan pada siklus 2 terjadi pula peningkatan sebesar 3,3 % dari siklus 1 atau besar rata-rata kelas 66,39. 
Hasil pengolahan data dan refleksi pada siklus 2 dengan materi penerapan kebiasaan berdiskusi dan bertanya terlihat beberapa peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, bila dengan proses pembelajaran sebelumnya (Pra Siklus dan Siklus 1), diantaranya: 
a) Terlihat adanya kemajuan dalam kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan adanya usaha terlibat aktif dalam diskusi
b) Siswa lebih terpusat perhatiannya sehingga mampu melemparkan pertanyaan-pertanyaan kepada lawan diskusinya secara terarah, juga sebaliknya sudah dapat menigkatkan kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok diskusi lainnya.
c) Siswa yang pada awalnya enggan dan malu-malu terlibat dalam diskusi, sudah mulai menunjukkan keberaniannya melontarkan pertanyaan maupun mempertahankan argumentasinya, sehingga suasana belajar didalam kelas kelihatan lebih hidup dan menggairahkan.
d) Siswa dapat mencerna dan memahami materi yang dibahas dengan ditunjukan menampilkan kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan lawan diskusinya secara terarah.
e) Pada saat diadakan penmilaian terhadap materi yang didiskusikan, hasil tesnya menunjukkan ada ada peningkatan penyerapan materi sehingga siswa sebagian besar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada penilaian tersebut.
 Pada pertemuan penelitian siklus 2 ini, penulis mencoba mengurangi kelemahan-kelemahan yang dilakukan pada penelitian siklus 1, akan tetapi kecenderungan siswa untuk berinteraksi dalam hal kebiasaan bertanya masih relatif belum berjalan dua arah, penulis masih harus memberikan stimulus dan tuntunan supaya interaksi antar siswa dalam tanya jawab dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik.     
   4.2.4. Deskripsi Temuan 
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama observasi, maka dapat digambarkan bahwa aspek-aspek yang menyebabkan rendahnya partisifasi siswa dalam berdiskusi dan bertanya selama proses pembelajaran  sebagian besar siswa kurangnya memahami materi pelajaran dan kurang berinteraksi dengan teman  sekelompok  sehingga mereka merasa kesulitan untuk menelaah masalah, memberikan sumbangan ide, merumuskan masalah, memberi pertanyaan, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan apabila diajukan pertanyaan.  
Hal tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek peneliti dan aspek siswa. Dimana peneliti jarang melakukan variasi dalam pembelajaran, sedangkan siswa sendiri kurang aktif bertanya, aktif menjawab, aktif berdiskusi, aktif mengulang pelajaran dan kegiatan pembelajaran lainnya yang kurang dipahami siswa. 
Setelah dilakukan tindakan kelas melalui penerapan metode kebiasaan bertanya melalui diskusi di dalam kelas, maka pola pikir serta tingkah laku dalam belajar mendapatkan kemajuan, apakah dalam hal kemampuan menyerap materi yang dibahas maupun kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru kepada siswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas tersebut, maka peneliti mencoba memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran sebelumnya, antara lain : 
a) Memperbaharui  strategi pembelajaran dengan menggunakan macam-macam metode balajar. Salah satunya metode cooperative learning yang di dalamnya terdapat macam-macam metode pembelajarn.  
b) Memusatkan perhatian siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang sifatnya meluas kemudian menyempit.
c) Meminta sisiwa lain untuk menanggapi pertanyaan temannya dengan cara
      melemparkan jawaban yang diberikan oleh siswa lain kepada penanya. Hasilnya cukup efektif untuk meningkatkan interaksi antar siswa, hal ini disebabkan siswa lebih tertarik menanggapi jawaban temannya daripada jawaban dari penulis.
d) Memberikan waktu berpikir kepada siswa antara pertanyaan dengan jawaban. Hal ini berdampak positif, karena jawaban yang diberikan oleh siswa lain dapat lebih sistematis dan logis ketimbang ketika mereka tidak diberikan waktu berpikir oleh peneliti dalam memberikan jawaban.
e) Memberikan tuntunan seta mengarahkan pertanyaan yang kurang tepat kepada siswa agar pertanyaan tersebut dapat lebih cepat di cerna oleh orang yang diberikan pertanyaan.
f) Membiarkan interaksi agar lebih aktif mengeluarkan tanggapan tentang materi yang dibahas.
g) Menambah alat peraga (media pembelajaran) yang relevan agar siswa lebih mencerna maksud dari materi yang dibahas.
h) Selalu memberikan penghargaan terhadap siswa yang bertanya maupun menjawab dengan kalimat pujian agar argumennya merasa dihargai oleh orang lain, sehingga siswa tidak merasa malu untuk berani untuk terus aktif bicara pada saat diberikan pertanyaan. 
i) Selalu mengingatkan untuk mencatat poin-poin penting ketika guru memberikan penjelasan suatu materi.
   4.2.5. Refleksi Siklus 2 
Dalam pembelajaran terdapat berbagai tujuan yang menyebabkan kita sebagai guru mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, antara lain : 
a) Mengembangkan pendekatan cara belajar yang melibatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Menimbulkan ke ingin tahuan sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan 
c) Merangsang fungsi pikir dengan cara mengembangkan minat dan tingkah laku siswa dalam belajar, karena kegiatan berpikir merupakan kegiatan bertanya untuk mencari jawaban sehingga menghasilkan buah pikiran dari seseorang. 
d) Memfokuskan perhatian siswa, karena pada dasarnya pertanyaan dapat dijadikan alat agar dapat memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang dibahas.
e) Menstrukturkan tugas yang akan diberikan melalui pertanyaan yang memibutuhkan jawaban dari yang sederhana sampai ke yang kompleks
f) Mendiagnosis kesulitan belajar yang terjadi selama siswa mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Melalui kegiatan bertanya, guru akan mengetahui pada bagian mana siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
g) Mengkomunikasikan harapan yang diinginkan guru dari siswanya.
h) Merangsang terjadinya diskusi dan memeprlihatkan perhatian terhadap gagasan dan peranan siswa sebagai subjek belajar.  
4.3. Kelebihan  Dan  Kelemahan  Pembelajaran Cooperative Learning 
   4.3.1.  Kelebihan cooperative learning yaitu: 
 a.  Meningkatkan harga diri tiap individu 
 b.  Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. 
 c.  Konflik antar pribadi berkurang 
 d.  Sikap apatis berkurang 
 e.  Pemahaman yang lebih mendalam 
f.  Retensi atau penyimpanan lebih lama 
 g.  Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
 h.  Cooperative  learning  dapat  mencegah  keagresivan  dalam  istem 
kompetisi  dan  keterasingan  dalam  sistem  individu  tanpa mengorbankan aspek kognitif. 
 i.  Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik) 
 j.  Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif 
 k.  Menambah motivasi dan percaya diri 
 l.   Menambah  rasa  senang  berada  di  sekolah  serta  menyenangi  teman- teman sekelasnya 
 m. Mudah diterapkan dan tidak mahal 
 
  4.3.2.  Kelemahan cooperative learning yaitu: 
a.  Guru khawatir bahwa akan  terjadi kekacauan dikelas. Kondisi  seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di  luar kelas seperti di  laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka. 
b.  Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang  tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang  lain dalam  grup  mereka,  sedangkan  siswa  yang  kurang  mampu  merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang  lebih pandai. Siswa  yang  tekun  merasa  temannya  yang  kurang  mampu  hanya menumpang  pada  hasil  jerih  payahnya.  Hal  ini  tidak  perlu dikhawatirkan  sebab  dalam  cooperative  learning  bukan  kognitifnya saja  yang  dinilai  tetapi  dari  segi  afektif  dan  psikomotoriknya  juga dinilai  seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam 
kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.  
c.  Perasaan  was-was  pada  anggota  kelompok  akan  hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi  tidak  luntur hanya karena bekerjasama dengan orang  lain,  justru keunikan  itu  semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d.  Banyak  siswa  takut  bahwa  pekerjaan  tidak  akan  terbagi  rata  atau secara  adil,  bahwa  satu  orang  harus  mengerjakan  seluruh  pekerjaan tersebut.  Dalam  cooperative  learning  pembagian  tugas  rata,  setiap anggota  kelompok  harus  dapat  mempresentasikan  apa  yang  telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.  
 Cooperative  learning  merupakan  model  pembelajaran  yang  dapat memotivasi  belajar  siswa  dimana  kekurangan  yang  mungkin  terjadi  dapat diminimalisirkan. 
 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
 Kesimpulan  dari hasil Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Metode Cooperative Leraning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya (PTK Pada siswa kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Garut Dalam menyerap mata pelajaran bahasa Indonesia), antar lain :
a) Kegiatan bertanya dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang  dibahas sehingga siswa merasa takut atau malu bila tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru.
b) Kegiatan bertanya dapat menimbulkan keingin tahuan  sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibahas.
c) Kegiatan bertanya dapat mendiagnosis kesulitan belajar selama siswa mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan bertanya, guru akan segera mengetahui pada bagian mana siswa mengalami kesulitan dalam mencerna materi yang dibahas.
          Hal di atas dapat dibuktikan dengan meningkatkanya hasil perolehan nilai rata-rata kelas Pra siklus sebesar 56,11. siklus 1 sebesar 63,33 dan siklus 2 sebesar 66,39. selain itu kualitas penguasaan materi diharapkan menunjukan adanya peningkatan, yaitu ; Pra Siklus sebesar 16,67%, siklus 1 sebesar 33,33% dan siklus 2 sebesar 55,55%. aktivitas siswa dalam pembelajaran memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan, antara lain : kehadiran siswa pada pra siklus hanya  3 orang siswa sedangkan pada akhir penelitian meningkat mencapai 15 orang yang mau bertanya. Kemampuan  siswa dalam  menjawab pertanyaan pada Pra Siklus 0 orang siswa sedangkan pada siswa pada akhir penelitian ada peningkatan mencapai 2 orang siswa.
   
5.2. Saran-saran 
 Saran-saran dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan pokok bahasan Penerapan Metode Cooperative Learning Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya,  antara lain : 
a) Guru harus selalau berupaya meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik agar kualitas yang dihasilkan dari proses pembelajaran makin lebih baik.
b) Guru harus selalu mencoba berbagai metode pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, agar tidak terjadi pembelajaran yang menoton yang bisa berakibat jenuhnya siswa dalam menghadapi belajar, karena suasana belajar yang tidak menarik untuk diperhatikan.
c) Guru harus selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan meninggalkan proses pembelajaran konvensional yang sebelumnya dilaksanakan di dalam kelas agar siswa mendapatkan suasana baru yang kondusif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA 
AM, Sardiman. 2008. Interaksi dan  Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press
 
Departemen Pendidikan Nasional, 2006 Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas
Fathurrohman, Pupuh, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama
Kunandar, 2008. Langkah Mudah penelitian tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja 
Rosdakarya. 
Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar 
Baru Algensindo 
Sukarmin. 2002. Pembelajaran Cooperative Learning. Bandung :  PT. Remaja Rosdakarya
Suhadjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumiaksara
Undang, Gunawan, 2008. Tekhnik Penelitian kelas . Bandung : Sayaga Tama
Yusup, D, 1982. Penegertian Metode Mengajar. Bandung PT. Angkasa. 
DAFTAR TABEL 
1. Tabel 1. Lembar Observasi Pra Siklus .......................................................... 13
2. Tabel 2. Tingkat Penguasaan Materi Pra Siklus ............................................13
3. Tabel 3.  Data Nilai Pra Siklus dan Siklus 1 ...................................................14
4. Tabel 4.  Data Nilai Pra Siklus ........................................................................16
5. Tabel 5.  Data Hasil Perolehan Nilai Siklus 1 .................................................16
6. Tabel 6.  Lembar Observasi Pra Siklus dan Siklus 1 ......................................17
7. Tabel 7.  Tingkat Penguasaan Materi Siklus 1 ...............................................17
8. Tabel 8.  Lembar Observasi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 .......................18
9. Tabel 9.  Tingkat Penguasaan Materi .............................................................21
10.  Tabel 10. Data Nilai Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ....................................22
11.  Tabel 11. Data Nilai Pra Siklus .......................................................................23
12.  Tabel 12. Data Hasil Perolehan Nilai Siklus 2 ................................................24
13.  Tabel 13. Lembar Observasi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ......................24
14.  Tabel 14. Tingkat Penguasaan Materi Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 ........24
  
DAFTAR GRAFIK 
1. GRAFIK 1 DATA HASIL TES PRA SIKLUS ......................................................15
2. GRAFIK 2 DATA HASIL TES SIKLUS 1 ........................................................... 15
3. GRAFIK 3 DATA HASIL TES SIKLUS 2 ........................................................... 23
DAFTAR ISI 
 Hal 
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… 
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………....... 
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...... Ii
BAB I PENDAHULUAN  
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………… 2
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 3
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 3
 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA  
2.1. Pembelajaran Cooperative Learning …………………………... 5
2.2. Fungsi Diskusi dalam Pembelajaran ………………………… 9
2.3. Motivasi Belajar ……………………………………………….. 14
 
BAB III METODE PENELITIAN  
3.1. Setting Penelitian ……………………………………………… 21
3.2. Tehnik Pengumpulan Data …………………………………… 22
3.3. Tehnik Analisis Data …………………………………………... 22
3.4. Metode dan Hipotesis ………………………………………….. 23
 
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN  
4.1. Pentingnya Cooperative Learning …………………………….. 24
4.2. Pelaksanaan Cooperative Learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia………………………………………………………..  
26
4.3. Pengamatan Siklus 1 …………………………………………... 31
4.4. Pengamatan Siklus 2 …………………………………………... 38
4.5. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning …………..... 48
 
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN  
5.1. Kesimpulan …………………………………………………… 51
5.2. Saran …………………………………………………………… 52
 
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 53
LAMPIRAN GRAFIK-GRAFIK  
KATA PENGANTAR 
Bismillahirrohmanirrohim 
       Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan karunia serta rahmat-Nya yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam penulis curahkan dengan segenap kerendahan hati  kepada Nabi Muhammad SAW. Amiin, syukur alhamdulillah penulis ucapkan karena penelitian tindakan kelas tentang "Penerapan Metode Cooperative Learning  Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Berdiskusi dan Bertanya". (PTK Pada Siswa Kelas V SDN Caringin 6 Karangtengah Kabupaten Garut. Dalam menyerap mata pelajaran Bahasa Indonesia)  telah  selesai walau masih ada kekurangan. 
     Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena keterbatasan keilmuan, sumber bahan dan waktu, tentunya kritikan serta saran yang membangun dari para pembaca penulis haturkan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, sekolah dan guru. 
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
2. Pengawas TK/SD kecamatan Karangtengah Kab. garut
3. Kepala Sekolah SDN Caringin 6 Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
4. Guru-guru di SDN Caringin 6 Kecamatan Karangtengah Kab. Garut
5. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
Akhirnya semoga amal baik yang  telah Bapak, Ibu, rekan-rekan berikan kepada penulis mendapat balasan yang sebaik mungkin dari Allah SWT. Amin. 
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah kelengkapan metodologi dalam penelitian pendidikan khususnya di objek penelitian.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar