21 November 2011

Guru Pahlawan yang Berjasa (sebuah renungan di Hari Pahlawan)



oleh Aboe Akbar Abi pada 10 November 2011 jam 12:59

Saat aku masih usia 8 tahun tak terbayang dalam benakku untuk menjadi seorang pendidik. Karena yang saya tahu waktu itu guru adalah orang yang pintar, cerdas dan tahu segala-galanya. Sampai uang jajan yang hilang saja saya tanyakan kepada guru. Merasa diri sebagai anak yang kurang pintar terlintas dalam pikiranku “aku tidak mau jadi guru” selain itu informasi waktu itu penghasilan guru tidak dapat mensejahterakan keluarga, sehingga ada beberapa guru saya yang pagi hari mengajar di sekolah dan siang hari sampai malam jadi tukang ojeg. Sampai kedua orang tuaku sempat berkata ”Katanya Sarjana kok jadi tukang ojeg ! memangnya gajih guru itu berapa? “ Perkataan orang tuaku itu menambah keyakinan bahwa jadi guru bukanlah pekerjaan yang dapat diandalkan.

Namun setelah menginjak usia dewasa saya mulai berpikir tentang jasa dan pengorbanan dari seorang guru. Begitu luhur dan sangatlah mulia. Guru bukanlah orang yang patut di kasihani bagaimanapun keadaanya. Mengapa demikian? Karena guru kerjanya hanya memberi dan memberi dan tak pernah meminta. Bayangkan betapa kayanya Guru itu. Dalam keadaan apapun dia hanya memberi tak pernah meminta apalagi untuk dikasihani. Apa sebenarnya yang diberikan guru? dan apa manfaat dari yang telah dia berikan?
pada kesempatan hari pahlawan ini mari kita merenung sejenak tentang langkah dan perjalanan kita. Dari mulai kanak-kanak sampai kita dewasa ini. Dahulu ketika aku masih ingusan awal masuk duduk di bangku SD dengan mengenakan seragam putih merah dengan dasi dan topi dikepala, seraya tertunduk malu saat ibu mengantarkan untuk mulai masuk sekolah. Keadaan yang masih lugu itu tidak tahu untuk apa sebenarnya ibu dan ayah membawaku ke sekolah. Dengan berbekal satu buah buku tulis dan pensil akupun mulai diajak untuk belajar menulis. Keadaanku yang masih polos itu merasa kesulitan untuk belajar menulis dan disanalah guru berperan, membimbing, mengarahkan dengan penuh kesabaran. belum lagi ketika belajar membaca dan berhitung, aku terbata-bata dan merasa kesulitan. Saat itu karena baru mengenal huruf dan angka, disana gurulah jua yang berperan hingga akhirnya aku lancar membaca dan menulis. Setelah mampu membaca dan menulis guru mulai memberikan macam-macam pemahaman dari mulai menerapkan keimanan, rasa hormat, disiplin, tulus, tanggung jawab dll. serta mengajarkan ilmu-ilmu yang tidak pernah aku tahu sebelumnya mulai dari mengenalkan benda yang paling dekat, darimana benda itu didapat/dibuat sampai manfaat benda tersebut. Hal tersebut yang menjadi dasar (basic) pemahaman kita akan sesuatu hal. Itulah hal yang diberikan guru, dia dengan tulus tanpa pamrih memberikan segala kemampuannya untuk kita.

Adapun manfaat yang dia berikan sangat jelas dan terasa saat ini ketika aku, dibutuhkan orang untuk membacakan, menerangkan pemahaman oleh orang yang membutuhkan.
Saya jadi teringat ketika Jepang (Hiroshima dan nagasakhi) di bombardier oleh pasukan sekutu yang Kaisar lakukan waktu itu bukanlah menanyakan berapa jenderal atau pasukan yang tersisa, namun yang Kaisar tanyakan berapa guru yang tersisa. Alhasil Jepang kini menjadi Negara maju didunia dan super power di Asia. Semua itu tidak lepas dari jasa para guru dapat meningkatkan harkat martabat suatu negara. Dan kitapun telah merasakan manfaat dari ilmu-ilmu yang diberikan guru. Kita bisa menuntaskan jenjang sekolah lanjutan, sarjana, pasca sarjana, dan mungkin ke jenjang tertinggi yaitu kedoktoran. Semua itu tida terlepas dari jasa Guru. dengan demikian “Guru adalah Pahlawan yang Berjasa” (bersambung)
Wallohu`alam bis showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar