21 November 2011

Menghidupkan Komunikasi aktif antara Orang tua dan Anak


oleh Aboe Akbar Abi pada 11 November 2011 jam 10:03


Ada seorang mahasiswa kelas karyawan yang kebetulan seorang ibu , dia bertanya : “Kenapa anak apabila ada maunya anak susah ngomong malah ia marah-marah dan menangis, kira-kira mengapa yah ? ”
Ini berawal dari orang tua ketika selalu menginginkan anak-anaknya supaya mendengarkan apa yang mereka ucapkan, tetapi mereka jarang untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh anak-anaknya, malah terkadang orang tua membentak atau senyum sinis ketika anak mengutarakan keinginannya . Tidak adanya komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak kerap menimbulkan masalah muali dari konflik antara kedua belah pihak sampai hilangnya citra orang tua dimata anak-anaknya. Hal inilah yang mendorong mereka untuk sulit berbicara kepada orang tua, sebagai ekspresi ketidak puasannya mereka ungkapkan dengan marah atau menangis.
Komunikasi dalam keluarga sangatlah penting karena untuk membagun hubungan yang hangat dan harmonis terutama kepada anak. Komunikasi dengan anak dianggap baik adalah bila orang tua mengusahakan berbicara dengan mereka secara wajar, tidak berbelit-belit, ringkas dengan bahasa yang sederhana sesuai kemampuan nalar si anak.
Dalam hal ini saya berikan beberapa saran yang dapat meningkatkan keakraban antara orang tua dan anaknya agar terjalin suatu komunikasi yang aktif diantara mereka.
1. Dengarkan mereka dengan seluruh kepekaan hati.
Biasanya merasa kecewa dan menaruh dendam apabila orang tua merasa acuh tak acuh, tidak memperhatikan perasaan serta gagasan si anak. Akibatnya anak akan berkesimpulan bahwa gagasannya itu konyol dimata orang tuanya. Hal ini merupakan salah satu factor mengapa anak lebih baik memilih marah-marah atau menangis daripada berbicara.
2. Cegahlah peracunan jiwa anak karena rasa kesal kita pada mereka
Orang tua hendaknya menghindari kata-kata atau komentar yang kurang pantas saat merasa kesal kepada anak. Karena hal ini akan meracuni jiwa anak yang akan berpengaruh pada pribadinya. Misalnya : Dasar anak cengeng, bandel, bodoh, gak tau diuntung,bego, tolol (hal-hal yang sifatnya mencela) atau membandingkannya dengan saudaranya yang lain. Missal : tuh lihat kakakmu, atau adikmu tidak seperti kamu. Hal ini kelihatannya seperti sepele, tetapi sesungguhnya adalah racun-racun yang lambat laun akan merusak dan membentuk kepribadian anak. Diantaranya anak menjadi pemalu, minder, tolol dan tidak menghargai orang tua.3. Ungkapkan perasaan dan gagasan-gagasan tanpa harus menyerang

Saat orang tua merasa kesal dengan tingkah laku si anak, alangkah lebih efektif apabila ungkapan kesal tersebut menggunakan bahasa yang lembut tidak menyerang kepribadian dan harga diri anak. Ketika kita merasa kesal kepada anak ungkapkan dengan bahasa, missal “duh dasar anak cerdas pintar sekali kamu” padahal anak sedang melakukan hal yang bodoh jangan sekali-kali lontarkan kepada anak nada yang kasar dank eras tetapi boleh ditunjukan dengan fisik yang agak greget. Karena bahasa yang keluar secara verbal jauh lebih sakit terasa daripada bahasa yang dikeluarkan oleh tubuh.
Ada sebuah ungkapan Sunda “ Seukeutna letah leuwih seukeut tibatan seukeutna pedang”
Wallohu’alam bis showab
*Aboe Akbar Abi*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar